Dolar AS. Foto: dok MI.
New York: Dolar Amerika Serikat (AS) melemah setelah data inflasi AS dengan kenaikan moderat memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve bulan depan, sementara upaya Presiden AS Donald Trump untuk memperluas cengkeramannya atas lembaga-lembaga AS juga melemahkan mata uang tersebut.
Harga konsumen AS naik tipis pada Juli, sesuai dengan perkiraan dan karena dampak tarif besar Trump terhadap harga barang sejauh ini terbatas. Para investor yang mengamati pemangkasan suku bunga The Fed segera menyambut gembira data tersebut dan mulai memperhitungkan peluang 98 persen bank sentral akan menurunkan suku bunga bulan depan, yang pada gilirannya akan menekan nilai tukar dolar.
Mengutip Xinhua, Rabu, 13 Agustus 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,43 persen menjadi 98,097.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi USD1,1669 dari USD1,1612 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris menguat menjadi USD1,3496 dari USD1,3436 pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 147,73 yen Jepang, lebih rendah dari 148,14 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS melemah menjadi 0,8074 franc Swiss dari 0,8123 franc Swiss.
Mata uang Negeri Paman Sam itu juga turun menjadi 1,3777 dolar Kanada dari 1,3778 dolar Kanada. Dolar AS melemah menjadi 9,5486 kronor Swedia dari 9,6382 kronor Swedia.
(Dolar AS. Foto: Freepik)
AS cetak inflasi 2,7%
Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (BLS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) meningkat 0,2 persen secara bulanan (mtm) pada Juli 2025. Sementara secara tahunan (yoy), Negeri Paman Sam itu mencetak inflasi sebesar 2,7 persen.
Secara bulanan, angka inflasi periode Juli itu lebih rendah dibandingkan Juni 2025 yang tercatat inflasi 0,3 persen (mtm). Sedangkan secara tahunan tidak berubah, dengan angka inflasi tahunan Juni 2025 sebesar 2,7 persen (yoy).
Di luar sektor makanan dan energi yang lebih volatil, IHK inti naik 0,3 persen pada Juli dan 3,1 persen sepanjang tahun lalu. Kedua angka tersebut hampir sesuai dengan proyeksi konsensus yaitu kenaikan bulanan 0,3 persen dan kenaikan tahunan 3,0 persen. Namun, kenaikan bulanan ini menandai kenaikan terbesar sejak Januari.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun karena meningkatnya ekspektasi pemangkasan
suku bunga, dengan imbal hasil dua tahun bertahan di 3,7371 persen, setelah berayun dalam kisaran hampir 10 basis poin pada Selasa. Imbal hasil acuan obligasi 10 tahun sedikit berubah di level 4,2965 persen.
Kepercayaan investor terhadap dolar juga terkikis akibat upaya baru Trump untuk melemahkan independensi Fed, setelah juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Presiden AS sedang mempertimbangkan gugatan terhadap Ketua Fed Jerome Powell terkait dengan pengelolaannya terhadap renovasi di kantor pusat bank sentral di Washington.
Trump telah berselisih paham dengan Powell dan telah berulang kali mengecam Ketua Fed karena tidak segera menurunkan suku bunga. Presiden juga mengecam CEO Goldman Sachs David Solomon, dengan mengatakan bank tersebut salah saat memprediksi tarif AS akan merugikan ekonomi dan mempertanyakan apakah Solomon harus memimpin lembaga Wall Street tersebut.