Petugas pemadam berusaha memadamkan api di lokasi serangan Rusia di Ukraina. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 10 June 2025 15:39
                        Kyiv: Rusia melancarkan serangan pesawat nirawak (drone) secara besar-besaran ke ibu kota Ukraina, Kyiv, dan kota pelabuhan Odesa pada Selasa dini hari, 10 Juni 2025. Serangan tersebut menewaskan satu orang dan menghantam rumah sakit bersalin serta sejumlah infrastruktur sipil lainnya.
Menurut Gubernur Odesa, Oleg Kiper, seorang pria berusia 59 tahun tewas akibat serangan terhadap bangunan tempat tinggal. Sedikitnya empat orang lainnya terluka.
“Musuh menyerang Odesa secara besar-besaran dengan drone. Infrastruktur sipil mengalami kerusakan dan sejumlah kebakaran terjadi,” tulis Kiper di kanal Telegram resminya, seperti dikutip dari Hurriyet Daily, Selasa, 10 Juni 2025.
Ia juga menambahkan bahwa rumah sakit bersalin, bangsal gawat darurat, dan beberapa gedung permukiman turut menjadi sasaran. Beruntung, evakuasi rumah sakit bersalin berhasil dilakukan tepat waktu sebelum serangan menghantam.
Sementara itu, di pusat kota Kyiv, jurnalis AFP melaporkan terdengar beberapa ledakan, suara tembakan antipesawat, dan dengungan drone yang melintas. Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, mengimbau warga untuk tetap berlindung.
“Serangan besar-besaran masih berlangsung. Sekitar pukul 03.00 waktu setempat, sejumlah drone terbang ke arah ibu kota,” ujarnya.
Sedikitnya empat orang terluka dalam serangan yang menghantam sedikitnya tujuh distrik kota.
Serangan ini terjadi di tengah kebuntuan perundingan damai antara Ukraina dan Rusia yang digelar akhir pekan lalu. Meskipun tercapai kesepakatan untuk menukar tahanan—khususnya mereka yang sakit, terluka parah, atau berusia di bawah 25 tahun—tidak ada titik temu terkait gencatan senjata.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa "tidak ada gunanya" melanjutkan perundingan jika Rusia terus menolak penghentian invasi.
Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, menegaskan bahwa Rusia telah menunjukkan itikad buruk.
“Rusia berbohong setiap hari soal perdamaian, tapi setiap hari juga menyerang warga sipil. Saatnya dunia menjatuhkan sanksi, mendukung Ukraina dengan senjata, dan menunjukkan bahwa demokrasi punya kekuatan,” katanya.
Rusia sendiri tetap bersikukuh pada syaratnya: Ukraina harus menyerahkan wilayah yang telah dianeksasi dan berjanji tidak akan bergabung dengan NATO.
Usulan gencatan senjata 30 hari dari Uni Eropa dan Kyiv ditolak oleh Moskow, yang khawatir hal itu hanya memberi waktu bagi Ukraina untuk menerima pengiriman senjata dari Barat.
Pada hari Minggu sebelumnya, tentara Rusia juga mengklaim telah menggempur wilayah Dnipropetrovsk, sebagian di antaranya kini sudah berada di bawah kendali Rusia.
“Saatnya semua pihak menyadari bahwa Rusia hanya memahami serangan, bukan kata-kata rasional,” pungkas Yermak. (Nada Nisrina)
Baca juga:  Rusia Klaim Berhasil Terobos Wilayah Strategis di Timur Ukraina