Berita Terpopuler: Bos BI Mati-Matian Stabilkan Rupiah

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Foto: Dokumen BI

Berita Terpopuler: Bos BI Mati-Matian Stabilkan Rupiah

Annisa Ayu Artanti • 23 January 2025 08:27

Jakarta: Sejumlah berita ekonomi pada Rabu, 22 Januari 2025 mendapat perhatian pembaca sehingga menjadi berita terpopuler Metrotvnews.com.
 
Mulai dari bos Bank Indonesia mengaku mati-matian stabilkan rupiah, pembangunan ekonomi Indonesia sesuai prediksi Bank Dunia, hingga KPPU jatuhkan denda ke Google.
 
Berikut rangkuman berita selengkapnya:
 

1. Bos BI Ngaku Mati-matian Stabilkan Rupiah di Tengah Tekanan Dolar AS

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku berupaya menstabilkan rupiah di tengah ketidakpastian global dan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang garuda masih bertengger di kisaran Rp16.300 per USD.
 
Baca berita selengkapnya di sini.
 

2. Pembangunan Ekonomi Indonesia Bisa Sesuai Prediksi Bank Dunia

Pembangunan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh lima persen saja seperti prediksi Bank Dunia. Namun semangat dan cita-cita Presiden Prabowo Subianto untuk pertumbuhan ekonomi delapan persen juga harus dihargai.
 
Baca berita selengkapnya di sini.
 
Baca juga: 

Wall Street Menguat, Terdorong Saham Netflix dan Proyek AI Stargate

 

3. Dihadiri Puluhan Pemimpin Negara, WEF 2025 Bakal Bahas Perubahan Iklim hingga Geopolitik

Lebih dari 50 kepala negara dan pemerintahan berkumpul di Davos, Swiss, untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan ke-55.
 
Baca berita selengkapnya di sini.

4. Keuntungan dan Tantangan Bergabungnya Indonesia dalam BRICS

Deputi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Tirta N Nursitama, mengungkapkan sejumlah keuntungan dan tantangan yang dihadapi Indonesia setelah bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
 
Baca berita selengkapnya di sini.

5. KPPU Jatuhkan Denda Rp202,5 Miliar ke Google

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan Google LLC terbukti melakukan praktik monopoli dan menyalahgunakan posisi dominan untuk membatasi pasar dan pengembangan teknologi.
 
Baca berita selengkapnya di sini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)