Ilustrasi. Foto: Dok MI
Insi Nantika Jelita • 8 May 2025 17:43
Jakarta: Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan signifikan sebesar USD4,6 miliar atau setara Rp75,9 triliun (kurs Rp16.503) menjadi USD152,5 atau senilai Rp2.516 triliun pada akhir April 2025.
Pelemahan cadangan devisa terutama disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta besarnya arus modal asing yang keluar.
"Selain masalah utang, perkembangan devisa ini dipengaruhi aliran modal asing yang mengalami tekanan," ujarnya kepada Media Indonesia, Kamis, 8 Mei 2025.
Josua mencatata sepanjang April 2025, pasar keuangan domestik mencatat arus keluar bersih (net outflow) portofolio sebesar USD2,27 miliar. Rinciannya, terdapat arus masuk bersih ke Surat Berharga Negara (SBN) sebesar USS390 juta, namun diimbangi oleh arus keluar dari pasar saham senilai USD1,23 miliar dan dari instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) senilai USD1,42 miliar.
Josua menjelaskan dengan meningkatnya ketidakpastian global, terutama akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump, mendorong sentimen risk off atau aksi hindar risiko. Hal ini membatasi prospek arus modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Sentimen risk-off diperkirakan tetap tinggi dalam waktu dekat, seiring ketidakpastian yang menyelimuti arah kebijakan perdagangan AS," tuturnya.
Baca juga:
Cadangan Devisa RI Turun ke USD152,5 Miliar |