Trump Ragu Ukraina Bisa Bertahan dari Rusia Walau Dibantu AS

Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)

Trump Ragu Ukraina Bisa Bertahan dari Rusia Walau Dibantu AS

Willy Haryono • 10 March 2025 12:17

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa Ukraina mungkin tidak akan bertahan dalam perang melawan Rusia, bahkan jika dukungan dari Washington terus berlanjut.

Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara dengan kantor berita Fox News dalam program Sunday Morning Futures pada Minggu kemarin, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Kyiv terkait kelanjutan bantuan militer.

Dalam wawancara tersebut, Trump ditanya mengenai keputusannya menangguhkan bantuan kepada Ukraina, termasuk seputar berbagi informasi intelijen. Ia juga dimintai tanggapan mengenai peringatan Presiden Polandia, Andrzej Duda, yang sebelumnya menyatakan bahwa Ukraina "tidak akan bertahan tanpa dukungan Amerika."

Trump merespons dengan pernyataan kontroversial: "Yah, mungkin Ukraina tidak akan bertahan bagaimanapun juga.”

Selain itu, ia juga menyinggung hubungan antara AS dan Rusia, dengan mengatakan bahwa, “kita juga memiliki beberapa kelemahan terhadap Rusia. Anda tahu, ini bukan hanya satu pihak."

Hubungan AS-Ukraina Memburuk

Mengutip dari Sky News, Senin, 10 Maret 2025, pernyataan Trump ini muncul di tengah kekhawatiran global atas semakin memburuknya hubungan antara Ukraina dan Amerika Serikat. Sejak awal invasi skala penuh Rusia ke Ukraina tiga tahun lalu, AS bersama Uni Eropa telah menjadi pendukung utama Kyiv dalam upayanya mempertahankan kedaulatan.

Namun, hubungan kedua negara memburuk setelah pertemuan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada 28 Februari lalu berakhir dengan ketegangan. Tak lama setelah itu, Trump memerintahkan penghentian sementara bantuan militer dan intelijen bagi Kyiv. Keputusan tersebut disebut sebagai upaya Trump untuk menekan Zelensky agar segera merundingkan perjanjian gencatan senjata dengan Rusia.

Sementara itu, Zelensky dijadwalkan bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, pada Senin. Di sisi lain, perwakilan diplomatik dan militer Ukraina juga akan bertemu dengan delegasi AS pada Selasa untuk membahas kelanjutan kerja sama kedua negara.

Tekanan Trump terhadap Zelensky

Menurut laporan NBC News, Trump telah memberi tahu para penasihatnya bahwa kesepakatan mineral antara Washington dan Kyiv tidak cukup untuk memulihkan kembali bantuan militer dan intelijen bagi Ukraina. Selain perjanjian tersebut, Trump juga menuntut adanya perubahan sikap dari Zelenskyy terkait negosiasi damai dengan Rusia.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa Trump menginginkan Zelenskyy untuk mengambil langkah menuju penyelenggaraan pemilu di Ukraina, yang saat ini ditangguhkan akibat keadaan darurat perang. Bahkan, kemungkinan pengunduran diri Zelensky sebagai presiden Ukraina juga disebut sebagai salah satu faktor yang dipertimbangkan Trump dalam menilai sikap Kyiv terhadap negosiasi damai.

Dalam wawancara terpisah, Zelensky pernah menyatakan bahwa ia bersedia mengundurkan diri jika hal itu dapat mempercepat keanggotaan Ukraina di NATO dan menciptakan perdamaian bagi negaranya.

Pernyataan tersebut disampaikan setelah sebelumnya Trump menyebut Zelenskyy sebagai "diktator" karena tidak menggelar pemilu di tengah perang, meski undang-undang Ukraina memang melarang pemilu berlangsung selama keadaan darurat militer.

Dengan semakin memburuknya hubungan antara AS dan Ukraina, berbagai pihak kini mencermati bagaimana kebijakan Trump ke depan akan mempengaruhi kelangsungan dukungan Barat terhadap Kyiv dalam menghadapi agresi Rusia. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Pertemuan Zelensky dan Trump Menunjukkan AS Bukan Lagi Hegemon yang Bisa Dipercaya

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)