Tekan Emisi, PHE Perkuat Teknologi Penangkap Karbon

Ilustrasi. Foto: Dok istimewa

Tekan Emisi, PHE Perkuat Teknologi Penangkap Karbon

Naufal Zuhdi • 27 August 2025 14:15

Jakarta: PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor eksplorasi dan produksi migas hulu, menegaskan komitmennya mendukung target pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060.

Upaya ini diwujudkan melalui program dekarbonisasi dan pengembangan bisnis ramah lingkungan dengan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization Storage (CCUS).

“CCS dan CCUS adalah solusi potensial untuk menekan emisi karbon,” ujar Direktur Investasi dan Pengembangan Bisnis PHE, Dannif Utojo Danusaputro, dalam forum Asia Pacific CCUS Conference & Exhibition 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, dikutip Rabu, 27 Agustus 2025.

Menurut Dannif, pengalaman panjang PHE di sektor migas membuat perusahaan relevan untuk mengembangkan bisnis CCS/CCUS di Indonesia. Pertamina Group melalui PHE menargetkan pengembangan klaster CCS/CCUS dengan kapasitas end-to-end process (E2E) mencapai 60 metrik ton per tahun (MTPA).
 

Baca juga: 

Pasar Karbon Indonesia Catat Transaksi Rp78 Miliar Sejak Diluncurkan



(Ilustrasi. Foto: Dok istimewa)

PHE mencatat potensi penyimpanan karbon di saline aquifer dan lapangan migas yang sudah habis produksi mencapai 7,3 gigaton (GT), tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Untuk memaksimalkan potensi ini, PHE berencana membangun dua CCS Hub dan sejumlah CCS satelit guna melayani industri penghasil emisi domestik maupun internasional.

Salah satu CCS Hub saat ini dikembangkan di Asri Basin (Indonesia bagian barat) dengan kapasitas penyimpanan 1,1 GT. Untuk kawasan timur, PHE menyiapkan CCS Hub di Central Sulawesi Basin dengan kapasitas 1,9 GT. Tiga CCS satelit juga akan dibangun di South Sumatera Basin, CO2 EOR Sukowati, dan East Kalimantan. Selain itu, studi pengembangan CCS tengah dilakukan di empat lokasi lain: Central Sumatra Basin, South Sumatra Basin (saline aquifer), East Java Basin, serta Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB).

Dukungan pemerintah dibutuhkan

Dannif menekankan, keberhasilan industri CCS di Indonesia dan Asia Pasifik sangat bergantung pada dukungan pemerintah. Ada lima hal yang dianggap penting:
  • Pendanaan proyek melalui lembaga khusus, seperti CCS Infrastructure Fund (CIF) di Inggris.
  • Mekanisme harga karbon yang lebih luas, tidak terbatas pada sektor PLTU, mencontoh Emission Trading System (ETS) di Inggris.
  • Dana riset dan pengembangan CCS, seperti yang dilakukan Departemen Energi AS dengan alokasi USD 3 miliar.
  • Standar teknis dan keselamatan CCS yang jelas, meniru regulasi komprehensif di Inggris.
  • Tata kelola lintas batas untuk perdagangan karbon, seperti yang sudah diterapkan di Norwegia.
Selain fokus pada CCS/CCUS, PHE memastikan seluruh operasi dijalankan sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Perusahaan juga menerapkan prinsip Zero Tolerance on Bribery melalui implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) ISO 37001:2016 untuk mencegah praktik korupsi maupun kecurangan. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)