M Sholahadhin Azhar • 21 June 2025 22:35
Jakarta: Aktivis dan putri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid, menanggapi pernyataan Fadli Zon. Menteri Kebudayaan itu menyangkal perkosaan massal pada 1998.
"Yang Pak Fadli Zon tidak tahu itu tidak sama dengan itu tidak benar. Just because you cannot see, doesn't mean it doesn't happen," kata Alissa di Jakarta, Sabtu, 21 Juni 2025.
Menurut dia, seharusnya Fadli Zon lebih banyak mencari data konkret terkait pemerkosaan tersebut. Sehingga, dapat memberi pernyataan yang lebih konstruktif.
"Jadi, jangan karena kita enggak tahu informasinya terus kita menganggap itu tidak benar," kata dia.
Alissa merujuk pada sejumlah laporan resmi yang mengonfirmasi kekerasan seksual dalam tragedi 1998. Termasuk rekomendasi Tim Gabungan Pencari Fakta dan Komnas HAM.
"Kemenkopolhukam dalam 12 kejahatan HAM masa lalu, itu di masa periode Pak Jokowi yang kedua sudah menyebutkan itu. Artinya, ini sudah menjadi informasi yang diverifikasi," kata Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian itu.
Ia juga mengungkapkan kesaksian langsung dari ayahnya, Gus Dur. Predisen ke-4 Indonesia itu pernah bertemu korban perkosaan massal.
"Gus Dur dulu bercerita kepada saya, menemui korban-korban perkosaan, membantu mereka pergi ke luar negeri. Ada kok yang dulu sempat ke Ciganjur sebelum akhirnya berangkat ke luar negeri," tuturnya.
Alissa menyarankan Fadli Zon untuk tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan tanpa data lengkap. "Pak Fadli Zon, jangan melakukan lompatan kesimpulan sebelum mendapatkan informasi yang lebih lengkap," pesannya.
Di sisi lain, Alissa mengkritik soal penulisan ulang sejarah yang diinisiasi Fadli Zon. Gusdurian tak ingin hal tersebut dilakukan.
"Kalau di Jaringan Gusdurian, minta dibatalkan," kata dia.