Harga Emas Diprediksi Melanjutkan Tren Bullish Hari Ini

Ilustrasi emas dunia. Foto: Freepik.

Harga Emas Diprediksi Melanjutkan Tren Bullish Hari Ini

Husen Miftahudin • 27 August 2024 10:23

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) menunjukkan tren positif dengan diperdagangkan di sekitar USD2.520 pada Senin, 26 Agustus 2024. Lonjakan harga ini didorong oleh kombinasi permintaan safe haven akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta meningkatnya keyakinan suku bunga AS akan turun dalam jangka menengah hingga panjang.

"Ketidakpastian global dan potensi penurunan suku bunga membuat emas, sebagai aset yang tidak membayar bunga, semakin menarik bagi para investor," ungkap analis dari Dupoin Indonesia Andy Nugraha, dikutip dari analisis harian, Selasa, 27 Agustus 2024.

Menurut analisis teknikal yang dilakukan oleh Nugraha, emas saat ini menunjukkan potensi untuk melanjutkan tren bullish. Indikator Moving Average yang terbentuk saat ini mengindikasikan tren naik masih kuat dan diperkirakan akan terus berlanjut.

Nugraha memproyeksikan harga emas berpotensi naik hingga USD2.430 pada hari ini. Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), harga emas mungkin mengalami penurunan hingga ke level USD2.480.

Meskipun demikian, pada hari ini, harga emas diperdagangkan di wilayah negatif seiring dengan pemulihan moderat dolar AS (USD). Penguatan dolar seringkali menekan harga emas karena logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Namun, sinyal yang diberikan oleh Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, di Jackson Hole mengenai kemungkinan penurunan suku bunga memberikan dorongan positif bagi emas. Suku bunga yang lebih rendah cenderung mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil bunga seperti emas.
 

Baca juga: Harga Emas Dunia Diprediksi Bakal Lampaui Level USD2.500
 

Ketegangan geopolitik dorong kenaikan harga emas


Selain faktor-faktor di atas, ketegangan geopolitik yang semakin meningkat di Timur Tengah juga berperan sebagai pendorong harga emas. Sebagai aset safe haven tradisional, emas sering kali menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan di tengah ketidakpastian global.

Di sisi lain, kebijakan People's Bank of China (PBOC) yang menghentikan pembelian emas pada Juli menambah ketidakpastian di pasar. Ini menandai bulan ketiga berturut-turut tanpa adanya pembelian emas untuk cadangan mereka, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai permintaan emas dari Tiongkok, negara yang merupakan produsen dan konsumen emas terbesar di dunia.

"Jika permintaan emas dari Tiongkok terus melemah, ini dapat menekan harga emas lebih lanjut," tutur Nugraha.

Dalam konteks ini, investor akan sangat memperhatikan data ekonomi terbaru dari Tiongkok dan Amerika Serikat. Presiden Federal Reserve Bank of San Francisco Mary Daly menyatakan sudah saatnya The Fed mulai mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga, mengingat inflasi yang mulai menurun.

Selain itu, kepercayaan konsumen AS yang diukur oleh Conference Board untuk bulan Agustus dan Indeks Harga Perumahan untuk Juni akan dirilis pada Selasa. Data ekonomi ini akan menjadi indikator penting untuk arah pergerakan harga emas di hari-hari mendatang.

"Sebagai kesimpulan, meskipun ada beberapa faktor yang dapat menekan harga emas dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif. Ketegangan geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga AS kemungkinan besar akan terus mendukung harga emas," tutup Nugraha.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)