Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 23 December 2025 10:03
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan, meski tipis.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 23 Desember 2025, rupiah hingga pukul 09.55 WIB berada di level Rp16.775 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis dua poin atau setara 0,01 persen dari Rp16.777 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.768 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.770 per USD hingga Rp16.810 per USD," jelas Ibrahim.
Ketidakpastian ekonomi meningkat
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen kekhawatiran atas ketegangan geopolitik yang kembali meningkat di Timur Tengah yang mendorong harga minyak, setelah laporan akhir pekan mengatakan Israel berencana untuk memberi pengarahan kepada AS tentang serangan baru terhadap Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu Trump pada akhir Desember, dan diperkirakan akan mendorong tindakan lebih lanjut terhadap Iran karena kekhawatiran atas rudal balistik dan program nuklir Teheran.
"Ketegangan yang kembali meningkat di Timur Tengah dapat mengganggu beberapa produksi minyak di wilayah tersebut, meskipun masih belum jelas apakah rencana untuk tindakan lebih lanjut terhadap Iran akan dilanjutkan," jelas dia.
Menambah ketidakpastian geopolitik global, lanjut Ibrahim, adalah laporan akhir pekan yang mengatakan AS sedang bersiap untuk menaiki kapal tanker ketiga di lepas pantai
Venezuela, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Caracas.
Washington, di bawah Trump, telah meningkatkan pengawasannya terhadap Venezuela, menuduh negara itu menggunakan uang minyak untuk mendanai pengiriman narkoba dan imigrasi ilegal ke Amerika Serikat.
"Trump pekan lalu memerintahkan blokade kapal tanker minyak yang dikenai sanksi yang bepergian ke dan dari negara itu, dan juga telah meningkatkan kemungkinan kampanye darat terhadap negara Amerika Selatan tersebut," papar Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Ekonomi Indonesia hadapi tantangan besar
Di sisi lain, ekonom menilai perekonomian Indonesia ke depan masih akan menghadapi tantangan besar, baik dari sisi global maupun domestik. Namun, harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap ada meskipun dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan, baik dari ekternal maupun internal Indonesia.
Sebagai informasi, berbagai lembaga internasional, termasuk IMF, memproyeksikan kondisi ekonomi global 2026 tidak lebih baik dibandingkan 2025. Perlambatan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, meningkatnya ketidakpastian perdagangan internasional, serta dinamika geopolitik global perlu diantisipasi secara serius.
Dari sisi domestik, melemahnya daya beli kelas menengah, risiko inflasi pangan, serta penurunan investasi asing di luar sektor hilirisasi. IMF juga mengingatkan dampak signifikan bencana di Sumatra terhadap perekonomian nasional.
"Misal faktor bencana di Sumatra cukup signifikan mempengaruhi capaian pertumbuhan ekonomi. Kalau kita lihat pengalaman tsunami Aceh 2004 itu kontraksi ekonominya sampai 2009, apalagi kalau bencananya di tiga provinsi, perlu lebih serius diatasi," kata Ibrahim.
Dengan kondisi tersebut, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 berada di kisaran 4,9 persen sampai 5,1 persen. "Untuk mencapai pertumbuhan di atas lima persen, perlu adanya penguatan sektor manufaktur dan jasa, peningkatan efektivitas stimulus, serta perbaikan tata kelola fiskal," tegas Ibrahim mengingatkan.