Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 23 July 2025 07:57
Washington: Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Steve Witkoff, berencana melakukan kunjungan ke kawasan Timur Tengah sebagai bagian dari upaya terbaru Washington untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas, ucap juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, pada Selasa, 22 Juli.
Bruce mengatakan Witkoff akan pergi dengan harapan kuat bahwa AS dapat mendorong tercapainya kesepakatan gencatan senjata sekaligus membuka koridor kemanusiaan baru untuk distribusi bantuan ke Gaza.
"Saya rasa kita mungkin akan mendapatkan kabar baik, tapi seperti yang kita tahu, situasi ini sangat dinamis dan bisa berubah sewaktu-waktu," kata Bruce, dikutip dari Independent, Rabu, 23 Juli 2025.
Ia tidak memberikan rincian mengenai lokasi spesifik yang akan dikunjungi Witkoff atau agenda pastinya.
Tiga pejabat AS lainnya menyebut Witkoff dijadwalkan terlebih dahulu mengunjungi Eropa pekan ini untuk membahas sejumlah isu, termasuk soal Gaza dan rencana gencatan senjata. Namun mereka tidak merinci kapan dan ke mana Witkoff akan melanjutkan perjalanan ke Timur Tengah.
Departemen Luar Negeri belum merespons permintaan media terkait rincian perjalanan Witkoff, dan jadwal resminya hingga kini belum diumumkan.
Selama berbulan-bulan, pemerintahan Trump kesulitan mencapai terobosan dalam perundingan gencatan senjata, meski situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Akhir pekan lalu lalu, sedikitnya 85 warga Palestina dilaporkan tewas saat mencoba mengakses bantuan pangan, menjadikan hari tersebut sebagai yang paling mematikan bagi pencari bantuan sejak perang dimulai 21 bulan lalu.
Militer Israel mengklaim hanya melepaskan tembakan peringatan dan menyebut angka korban yang dilaporkan "terlalu dibesar-besarkan." Namun Program Pangan Dunia (WFP) PBB menuduh Israel menembaki kerumunan warga sipil yang sedang mengantre bantuan di perbatasan Zikim.
Bruce menyebut insiden tersebut sebagai "tragedi yang benar-benar mengerikan," dan menegaskan perlunya jalur kemanusiaan baru sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.
Negosiasi antara Israel dan Hamas terus berlangsung di Qatar, dengan kemajuan kecil namun belum ada kesepakatan besar. Salah satu titik utama yang masih menjadi ganjalan adalah penempatan ulang pasukan Israel setelah gencatan senjata diberlakukan.
Rencana AS mencakup gencatan senjata selama 60 hari, di mana Hamas akan membebaskan sebagian sandera, dan Israel akan membebaskan tahanan Palestina serta membuka aliran bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza. Selama masa ini, kedua pihak juga diharapkan mulai membahas akhir permanen dari konflik.
Namun, PM Israel Benjamin Netanyahu bersikeras melanjutkan perang hingga Hamas menyerah dan melucuti senjata. Hamas sendiri menolak membebaskan semua sandera sebelum perang berakhir, dan menuntut jaminan bahwa Israel tidak akan melanjutkan serangan setelah 60 hari, seperti yang terjadi pada Maret lalu usai gencatan senjata pertama berakhir.
Menurut laporan AS, Hamas saat ini masih menahan 50 sandera, dan 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Baca juga: Israel dan Hamas Saling Tuduh Hambat Negosiasi Gencatan Senjata Gaza