Israel dan Hamas Saling Tuduh Hambat Negosiasi Gencatan Senjata Gaza

Foto: Middle East Institute.

Israel dan Hamas Saling Tuduh Hambat Negosiasi Gencatan Senjata Gaza

Riza Aslam Khaeron • 19 July 2025 14:10

Gaza: Israel dan Hamas saling melempar tuduhan atas kebuntuan negosiasi gencatan senjata di Gaza yang dimediasi di Doha. Pada Jumat, 18 Juli 2025, juru bicara sayap militer Hamas, Abu Obeida, menyatakan bahwa Israel telah menolak kesepakatan menyeluruh yang akan membebaskan seluruh sandera di Gaza.

"Menjadi jelas bagi kami bahwa pemerintahan kriminal Netanyahu tidak memiliki kepentingan nyata terhadap para sandera karena mereka adalah tentara," ujarnya, seperti dikutip dari Al-Jazeera. Hamas mengklaim telah menawarkan perjanjian yang mencakup penghentian perang, penarikan pasukan Israel, serta masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina.

Abu Obeida memperingatkan bahwa jika Israel mundur dari perundingan saat ini, maka tidak ada jaminan Hamas akan kembali ke kesepakatan parsial seperti yang sempat dibahas sebelumnya.

Hamas juga menuduh Israel sengaja memperpanjang perang dan mempersulit distribusi bantuan. Mereka menyoroti rencana pembangunan kamp konsentrasi di Rafah dan tindakan Israel yang menargetkan warga sipil di pusat bantuan, seperti yang dikabarkan menewaskan 41 warga Palestina pada hari yang sama.

Sebaliknya, media Israel melaporkan bahwa para pejabat tinggi di Yerusalem menuduh Hamas sengaja menunda-nunda tanggapan atas proposal terbaru dari Israel. 

"Israel siap melanjutkan negosiasi dengan Hamas sampai tuntas, namun penolakan dan sikap mengulur waktu menimbulkan keraguan terhadap keseriusan Hamas," ujar seorang pejabat Israel kepada wartawan dalam pengarahan via telepon mengenai status perundingan.
 

Baca Juga:
Tuduh Israel Cuma Ulur Waktu, Pejabat Palestina Sebut Negosiasi Gencatan Senjata Mandek

Sumber resmi menyebut kelompok itu "mengulur waktu" dan belum memberikan respons terhadap peta baru yang diajukan Israel, yang disebut mencakup pengurangan kehadiran militer di Gaza selama masa gencatan.

Meski demikian, mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat masih yakin kesepakatan dapat tercapai dalam waktu dekat. Seorang diplomat Arab mengatakan bahwa pembahasan terkait rasio pertukaran tawanan masih berlangsung, sementara tekanan dari Mesir agar Hamas segera menyetujui proposal Israel makin meningkat.

Dalam proposal saat ini, 10 sandera hidup dan 18 jenazah sandera akan dibebaskan dalam lima tahap selama gencatan dua bulan.

Israel sendiri disebut telah melunak dari posisi awalnya. Menurut dua sumber yang terlibat dalam proses mediasi, Yerusalem bersedia menarik pasukan dari sebagian besar wilayah Rafah dan mengurangi zona buffer dari semula 12 kilometer menjadi hanya sekitar 1 kilometer. Selain itu, perimeter keamanan di sekitar wilayah Gaza juga dikurangi dari rencana awal 2-3 kilometer menjadi hanya 1 kilometer.

Israel juga menyetujui mekanisme distribusi bantuan baru yang dirancang di Kairo agar tidak disalahgunakan oleh Hamas, menggantikan skema distribusi kontroversial sebelumnya yang hanya membuka 1-3 titik distribusi per hari.

Namun, masih ada perdebatan mengenai keberlangsungan Gaza Humanitarian Foundation, lembaga distribusi bantuan yang diklaim menyingkirkan Hamas dari proses penyaluran bantuan.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyatakan optimisme bahwa 10 sandera tambahan akan segera dibebaskan, meski belum ada rincian lanjutan. Pembicaraan di Doha pun masih berlangsung tanpa hasil final, di tengah meningkatnya korban sipil dan krisis kemanusiaan di Gaza.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)