Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Foto: The National
Gaza: Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan penghentian segera pengepungan di Jalur Gaza dan menolak rencana aneksasi wilayah Tepi Barat oleh Israel. Ia juga mendesak masyarakat internasional untuk bertindak menghentikan apa yang disebutnya sebagai "perang genosida."
Dalam pidato yang disiarkan melalui televisi pemerintah Palestina pada Kamis, 4 Juli 2025, Abbas menyatakan bahwa warga Palestina di Gaza tengah mengalami bencana kemanusiaan terburuk saat ini. Ia menyoroti sikap diam komunitas global yang menurutnya telah memberi ruang bagi penderitaan massal.
“Apa yang terjadi di Gaza pembunuhan, kelaparan, penghancuran, dan pemindahan paksa adalah aib bagi masyarakat internasional jika tidak segera bertindak menghentikan genosida ini,” tegas Abbas, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat, 25 Juli 2025.
Abbas kembali meminta gencatan senjata permanen di Gaza, pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, dan pelepasan dana pajak Palestina yang saat ini ditahan oleh otoritas Israel. Ia juga mendesak pengiriman segera bantuan makanan dan medis yang tertahan di perbatasan.
Kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Abbas menyampaikan permohonan langsung agar lembaga-lembaga PBB diizinkan menyalurkan bantuan ke Gaza. “Ratusan ribu ton bantuan terhalang masuk. Dunia harus bertindak cepat,” katanya.
Abbas memperingatkan bahwa blokade dan pelarangan bantuan yang terus berlangsung telah menelan lebih dari 100 korban jiwa akibat kelaparan dan malnutrisi, termasuk lebih dari 80 anak-anak, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
“Situasi di Gaza telah berubah menjadi kematian kolektif,” ujarnya, mengutip peringatan terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza setelah lebih dari 140 hari penutupan perbatasan.
Sejak 2 Maret, Israel belum melaksanakan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diusulkan dengan kelompok Hamas. Akibatnya, truk-truk bantuan tetap tertahan di perbatasan.
“Saya berseru kepada Tuhan untuk menyelamatkan rakyat Palestina di mana pun mereka berada,” kata Abbas. “Bagaimana mungkin dunia bisa mengabaikan bayi-bayi yang mati kelaparan di Gaza?”
Abbas menegaskan bahwa pemerintahannya harus diberi wewenang penuh untuk kembali memerintah Gaza, mengawasi rekonstruksi wilayah, dan memfasilitasi kembalinya pengungsi dengan dukungan negara-negara Arab dan komunitas internasional.
Ia juga menolak dengan tegas rencana aneksasi Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat. “Ini adalah eskalasi berbahaya dan serangan langsung terhadap hak rakyat Palestina untuk memiliki negara yang merdeka dan berdaulat,” tegasnya.
Abbas mengimbau negara-negara di dunia untuk menolak langkah-langkah pelanggaran hukum Israel dan segera mengakui negara Palestina secara resmi.
Pidato ini disampaikan sehari setelah parlemen Israel (Knesset) menggelar pemungutan suara simbolis yang mendukung usulan aneksasi Tepi Barat, termasuk Lembah Yordan. Sebanyak 71 anggota Knesset mendukung, sementara 13 menolak. Usulan ini diajukan oleh partai-partai sayap kanan seperti Religious Zionism, Otzma Yehudit, dan Likud.
Meskipun tidak memiliki kekuatan hukum, media Israel menyebut hasil pemungutan suara ini memiliki “bobot simbolis dan historis yang besar.” Di akhir pidatonya, Abbas menyampaikan penghargaan atas keteguhan rakyat Palestina di tengah krisis yang berkepanjangan. “Kesabaran dan keteguhan kalian adalah kehormatan bagi kita semua,” pungkas Abbas.
(Muhammad Reyhansyah)