Pelaku perdagangan anak di Tiongkok dihukum mati. (Weibo)
Marcheilla Ariesta • 29 October 2024 08:37
Beijing: Seorang perempuan dijatuhi hukuman mati di Tiongkok karena menculik dan memperdagangkan 17 anak di tiga provinsi berbeda antara tahun 1993 dan 2003. Ia juga bahkan memperdagangkan anaknya sendiri.
Sidang ulang Yu Huaying (61), telah menarik perhatian publik yang besar di seluruh negeri setelah kejahatannya terungkap pada 2022, ketika seorang korban berusia 34 tahun melaporkan cobaan beratnya karena diperdagangkan oleh Yu.
Yu Huaying dinyatakan bersalah atas penculikan anak setelah sidang ulang.
“Keadaan dan konsekuensi dari kejahatan tersebut sangat serius dan dia harus dihukum berat,” kata Pengadilan Rakyat Menengah Guiyang, dalam putusan yang dibagikan di halaman Weibo resminya pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Dilansir dari Channel News Asia, Selasa 29 Oktober 2024, meskipun Yu mengakui kejahatannya, itu “tidak cukup untuk menjamin hukuman yang lebih ringan”, pengadilan menambahkan.
Di Tiongkok, hukuman mati dijatuhkan dalam kasus-kasus paling ekstrem untuk kejahatan seperti perdagangan narkoba, pembunuhan, dan pemerkosaan. Hukuman mati juga telah dijatuhkan untuk kasus korupsi politik dan penyuapan.
Berdasarkan hukum Tiongkok, siapa pun yang terbukti bersalah melakukan perdagangan perempuan atau anak-anak akan menghadapi hukuman penjara mulai dari lima hingga sepuluh tahun, serta denda.
“Karena konsekuensi yang sangat serius dari kejahatannya, Yu menerima hukuman terberat sesuai dengan hukum,” kata pengadilan.
“Ia juga dirampas hak politiknya dan semua harta pribadinya akan disita,” tambahnya.
Memperdagangkan anak sendiri
Putra Yu sendiri adalah korban pertamanya. Media pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa Yu memperdagangkan putra kandungnya, dan akhirnya menjualnya seharga 5.000 yuan (setara Rp11 juta).
Ia kemudian menculik 17 anak dari 12 keluarga, dengan lima keluarga kehilangan dua anak sekaligus.
Menurut dokumen pengadilan, ia ditemukan telah bekerja sama dengan dua pria lain antara 1993 hingga 2003, yakni Wang Jiawen dan Gong Xianliang, yang kini telah meninggal.
“Tindakannya telah menyebabkan 12 keluarga terpisah dan memutuskan hubungan kekeluargaan,” kata pengadilan.
Keluarga korban mencari anak-anak mereka selama bertahun-tahun dan bahkan meninggal karena depresi. Seorang korban perempuan, yang diidentifikasi dalam laporan media Tiongkok sebagai Yang Niuhua, adalah salah satu dari 17 anak yang telah diculik dan diperdagangkan.
Yang, lahir di provinsi Guizhou selatan, mengungkapkan bahwa dia telah dijual oleh Yu, seharga 2.500 yuan pada 1995. Menurut laporan media Tiongkok, ketiganya menemukan "pembeli" melalui "perkenalan dari orang lain".
Anak-anak yang diculik dibawa ke kota Handan yang terletak di utara provinsi Hebei.
Yu pertama kali menerima hukuman mati pada 2023. Dia dijatuhi hukuman mati lagi pada Jumat, setelah persidangan ulang.
Kasus ini telah menarik minat publik yang besar di Tiongkok dan reaksi media sosial terhadap putusan tersebut sebagian besar mendukung. “Pelaku utamanya sudah di balik jeruji besi, jangan biarkan kaki tangan lainnya lolos begitu saja,” tulis sebuah komentar yang dibagikan di Sina Weibo.
“Pelaku perdagangan manusia terlalu jahat,” kata komentator lainnya.
“Dia menghancurkan keluarga seseorang. Semoga dia dihukum mati,” pungkas mereka.