Presiden AS Joe Biden. Foto: CNN.
Washington: Presiden AS Joe Biden mengatakan sekutu-sekutu Eropa siap mengurangi investasi ke Tiongkok jika negara tersebut tetap mendukung Rusia mengizinkan invasi ke Ukraina.
Biden menegaskan kembali Tiongkok tidak secara langsung memasok senjata kepada pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi juga menggarisbawahi Tiongkok akan mendapat manfaat finansial dengan cara yang berbeda.
Ia memanfaatkan konferensi pers tersebut untuk menunjukkan kepemimpinannya yang kuat, dengan mengatakan tak ada pemimpin dunia yang tak bisa menghadapinya, termasuk Xi Jinping.
"Saya sedang berurusan dengan Xi saat ini, saya memiliki kontak langsung dengannya,” kata Biden, dilansir
Business Times, Jumat, 12 Juli 2024.
Komentar Biden menandai kecaman terbaru terhadap Tiongkok atas semakin dalamnya hubungan Xi dengan Putin, sesuatu yang semakin menjadi fokus ketika sekutu berupaya untuk menghentikan mesin perang Rusia di Ukraina dan memaksanya menyerahkan wilayah.
Rusia telah beralih ke Iran dan Korea Utara untuk membeli drone dan amunisi. Rusia juga mendekakti Tiongkok untuk mendapatkan suku cadang untuk perlengkapan perang.
NATO gambarkan posisi Tiongkok
NATO menggambarkan Tiongkok sebagai "pendukung yang menentukan" perang Rusia melawan Ukraina dengan merinci pasokan bahan-bahan yang dapat digunakan ganda oleh Tiongkok seperti komponen senjata, peralatan, dan bahan mentah yang berfungsi sebagai masukan untuk sektor pertahanan Rusia.
Tiongkok telah berulang kali mengatakan tak menyediakan senjata ke Rusia atau Ukraina, dan mengontrol secara ketat ekspor barang-barang yang dapat digunakan ganda. Mereka menyalahkan AS dan sekutunya karena memicu perang dan menerapkan sanksi sepihak yang ilegal.
Negara-negara Eropa dikejutkan oleh laporan perusahaan-perusahaan Tiongkok dan Rusia sedang mengembangkan drone penyerang yang mirip dengan model Iran.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok yang dirilis pada bulan Mei menemukan perusahaan-perusahaan dari blok tersebut kehilangan minat untuk berinvestasi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.
Hanya 42 persen mengatakan mereka berencana memperluas operasi mereka di Tiongkok tahun ini, terendah sejak pencatatan dimulai pada 2012. Dalam beberapa tahun terakhir, ibu kota Eropa mulai dari Berlin hingga London, Praha, dan Vilnius telah memperkeras sikap mereka terhadap Tiongkok.