Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Tri.
Jakarta: Laju mata uang rupiah melemah jelang pertemuan The Fed yang akan menentukan pergerakan suku bunga acuan Paman Sam. Investor masih wait and see terhadap data-data terkini yang bisa mendorong penguatan mata uang dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, tergelincir 45 poin atau 0,29 persen menjadi Rp15.644 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp15.599 per USD.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang rivalnya termasuk euro dan yen, berada di 103,48, naik menjadi 103,50, level tertinggi sejak 6 Maret menjelang pertemuan The Fed pekan ini.
Meskipun bank sentral AS diperkirakan tidak akan melakukan pergerakan suku bunga apa pun, data harga produsen dan konsumen AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada minggu lalu membuat perdagangan bersikap pasif terhadap penurunan suku bunga di masa depan.
Menurut alat CME FedWatch, para pedagang sekarang memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 72 basis poin tahun ini, dengan 56 persen peluang penurunan suku bunga pertama terjadi pada Juni.
Dolar stabil pada perdagangan Senin karena para pedagang menantikan pertemuan bank sentral di seluruh dunia, dengan Bank of Japan tampaknya berada di ambang mengakhiri suku bunga negatif dan fokus pada berapa banyak penurunan suku bunga yang diproyeksikan oleh Federal Reserve.
Selain Jepang dan Amerika Serikat, bank sentral di Inggris, Australia, Norwegia, Swiss, Meksiko, Brasil, dan Indonesia juga akan mengadakan pertemuan, dengan sebagian besar bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya.
Perubahan suku bunga
Fokusnya kini beralih pada apakah para pengambil kebijakan akan melakukan perubahan terhadap proyeksi penurunan suku bunganya, atau melakukan dot plot untuk tahun ini. The Fed pada Desember memproyeksikan pelonggaran sebesar 75 basis poin, atau tiga kali penurunan suku bunga, pada 2024.
Ahli strategi NatWest mengatakan laporan inflasi minggu lalu kemungkinan akan membuat The Fed berada dalam mode wait and watch dengan dot plot yang secara luas diperkirakan akan diperbarui.
"Batasannya tidak terlalu tinggi bagi para pejabat untuk memberi sinyal mempertahankan suku bunga sedikit lebih lama dengan menunjukkan dua pemotongan 25 bp tahun ini." jelas dia, dilansir
Channel News Asia.