Rupiah Lesu, Kembali Sentuh Level Rp15.000

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Lesu, Kembali Sentuh Level Rp15.000

Husen Miftahudin • 31 May 2023 09:35

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan pagi ini mengalami pelemahan, dan menyentuh level Rp15 ribu per USD.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 31 Mei 2023,
rupiah dibuka di level Rp15.004 per USD. Kemudian pada pukul 9.20, mata uang Garuda tersebut turun lagi ke level Rp15.016 per USD.

Level tersebut mengalami penurunan sebesar 31,5 poin atau setara 0,21 persen dari Rp14.985 per USD pada perdagangan hari sebelumnya.

Rupiah berada pada rentang Rp15.002 per USD sampai Rp15.020 per USD dengan year to date (ytd) return minus 3,60 persen. Sedangkan menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp14.999 per USD, juga turun 20 poin atau setara 0,13 persen.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini masih diwarnai sentimen negatif pasar keuangan global, sehingga besar kemungkinan rupiah akan kembali berada di zona merah.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.950 per USD hingga Rp15.000 per USD," jelas Ibrahim dalam analisis hariannya, Rabu, 31 Mei 2023.

Dibayangi kesepakatan plafon utang AS hingga potensi kenaikan suku bunga Fed

Ibrahim menjelaskan, dolar AS naik lebih tinggi pada awal perdagangan Selasa, tetap mendekati puncak dua bulan, karena para pedagang mencerna potensi kenaikan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut serta lewatnya dolar AS dari kesepakatan plafon utang melalui Kongres.

Presiden Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy mencapai kesepakatan akhir pekan lalu untuk menangguhkan plafon utang hingga 2025 dan membatasi sebagian pengeluaran federal untuk mencegah resesi AS akibat gagal bayar utang.

Kesepakatan ini sekarang memiliki waktu terbatas untuk melewati Kongres yang terbagi secara sempit di hadapan AS. Departemen Keuangan kekurangan uang untuk menutupi semua kewajibannya, dan pasti akan menghadapi tentangan dari kedua belah pihak.

"Fokus minggu ini adalah isyarat ekonomi AS, khususnya data nonfarm payrolls Mei, untuk mengukur seberapa besar kemungkinan Fed menaikkan suku bunga. Data minggu lalu menunjukkan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi, ukuran inflasi pilihan Fed, naik secara tak terduga pada April. Ini menunjukkan inflasi tetap kaku," jelasnya.

Tren tersebut, ditambah dengan tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja, kemungkinan akan melanjutkan ekspektasi kenaikan suku bunga di Juni nanti.

"Harga Fed Fund berjangka menunjukkan pasar memposisikan peluang lebih dari 60 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan berikutnya," pungkas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)