Podium MI: Sang Penggerak

Dewan Redaksi Media Group Ade Alawi. MI/Ebet

Podium MI: Sang Penggerak

Media Indonesia • 23 December 2025 06:43

BERTUBUH tinggi besar, memakai kemeja batik, dan berpeci motif batik dengan kain menjuntai ke bawah di belakang kepalanya, sosok yang datang ini dikira merupakan jemaah biasa yang akan menunaikan salat Zuhur. Ternyata sosok ini ialah narasumber pelatihan Manajemen Masjid.

Pada 13 Januari 2018 Masjid Nursiah Daud Paloh (NDP), Media Group, menggelar pelatihan Manajemen Masjid. Puluhan aktivis masjid dari berbagai masjid di Jakarta dan sekitarnya tidak menyangka bahwa sosok yang datang menebar senyum itu ialah narasumber pelatihan siang itu.

Pasalnya, narasumber pelatihan masjid yang sudah-sudah berciri khas menggunakan kopiah hitam. Namun, kali ini narasumber bergaya unik, berpenampilan kebudayaan khas Yogyakarta.

Ialah Ustaz Muhammad Jazir ASP, Ketua Dewan Syura Masjid Jogokarian Yogyakarta. Pemikiran dan pengalaman panjangnya mengelola Masjid Jogokariyan membuat kaget peserta pelatihan yang notabene mengurus masjid secara konvensional.

Peserta pelatihan masih terkungkung oleh pola pikir (mindset) bahwa memakmurkan masjid masih perkara ubudiyah (peribadatan) dan tarbiyah (pendidikan/pengajian), tetapi menegasikan permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat. "Masjid bukan sekadar tempat salat, melainkan pusat peradaban," kata Ustaz Jazir, sapaan akrabnya, sebagaimana ditayangkan dalam NDP TV.

Ustaz yang dikenal menjadi narasumber pelatihan masjid se-Indonesia itu menguraikan maksud masjid sebagai pusat peradaban. Menurutnya, masjid harus mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik kesalehannya ritual ataupun kesalehan sosial.

Pengalamannya menjadi Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Jogokariyan pada 1999 secara perlahan ia bersama pengurus masjid lainnya memiliki gerakan menyalatkan orang hidup. "Biasanya kan masjid menyalatkan orang meninggal," ujarnya.
 

Baca Juga: 

Profil Muhammad Jazir, Ketua Dewan Masjid Jogokariyan yang Meninggal Dunia


Gerakan menyalatkan orang hidup, katanya, ialah mengajak warga yang belum salat agar ikut salat berjemaah di Masjid Jogokariyan. "Langkah pertama, kami mendata warga sekitar masjid, berapa yang muslim dan berapa yang nonmuslim, dan mendata kondisi ekonomi masyarakat," ungkapnya.

Kedua, lanjutnya, mendatangi rumah warga yang selama ini tidak pernah ke masjid dengan membawa undangan seperti resepsi pernikahan. Isinya, undangan salat berjemaah di Masjid Jogokariyan. "Rupanya banyak warga yang tidak ke masjid karena malu tidak bisa salat. Kami berikan kursus salat dari rumah ke rumah sambil memberikan sembako bagi warga yang tidak mampu," tuturnya.

Tak hanya itu, pihaknya memberikan bantuan pendidikan dan asuransi kesehatan dan biaya operasi di rumah sakit bagi warga tak mampu. "Kami membantu warga yang anaknya tidak bisa bayar SPP, beli sepatu, buku, tas, dan peralatan sekolah lainnya. Juga memberikan modal untuk membuka atau meningkatkan usaha warga," ujarnya.

Kini, Ustaz Muhammad Jazir ASP bin Amin Said Notowidarso, 63, sosok fenomenal, legendaris, penggerak peradaban masjid di Tanah Air, telah berpulang ke rahmatullah. Ustaz Jazir mengembuskan napas terakhirnya di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (22/12) pagi.

Ribuan orang bertakziah, menyalatkan, memberikan doa dan penghormatan terakhir terhadap 'guru besar' pemaslahatan masjid itu.

Lautan manusia mengular dari Masjid Jogokariyan ke Makam Karangkajen. Pengurus masjid tidak membawa jenazah menggunakan ambulans, tetapi berjalan kaki sehingga ribuan pelayat yang datang dari berbagai penjuru bisa mengantarkan sang guru dengan berjalan kaki sembari melafazkan tahlil yang tiada henti.

Masjid Jogokariyan selama ini dikenal sebagai salah satu masjid terbaik di Indonesia. Upaya pemakmuran masjid berlangsung secara menyeluruh. Makmur masjidnya, banyak jemaahnya, tetapi juga makmur jemaahnya.

Tidak boleh ada jemaah masjid yang kelaparan, tidak bisa menyekolah anak mereka, dan tidak bisa mengatasi permasalahan kesehatan mereka karena terbelit oleh biaya yang mahal.

Masjid tidak boleh eksklusif. Pengurusnya jangan merasa paling agamais, paling salih, dan paling suci seolah menjadi 'pemegang' kunci surga sehingga berjarak dengan umat.

Tidak ada lagi pengurus atau ustaz (narasumber) yang diundang yang merasa paling benar sendiri, sementara yang lain di luar kelompok mereka dianggap sesat dan disebut masuk neraka jahannam.

Menurut Jazir, masjid harus menjadi solusi bagi umat baik urusan akhirat maupun dunia. Juga solusi bagi bangsa karena Islam ialah rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam).

"Masjid jangan menjadi arena perdebatan paham keagamaan, ajang politisasi, tetapi mencerahkan, menyatukan, dan mengembalikan esensi keberadaan masjid sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW," tuturnya.
 
Baca Juga: 

Yogyakarta Berduka, Muhammad Jazir Pemakmur Masjid Jogokariyan Meninggal



Muhammad Jazir. (Instagram/@masjidjogokariyan)

Pemikiran Jazir tentang memakmurkan masjid menjadi peninggalan berharga bagi umat dalam mengelola masjid yang mencakup idarah (manajemen/organisasi), imarah (kemakmuran/kegiatan), dan ri'ayah (pemeliharaan/fasilitas). Beragam kegiatan di masjid harus berdampak bagi masyarakat.

Ia memaknai surah Al-Ma'un ayat 4-5 bahwa yang celaka itu bukan saja orang yang tidak melaksanakan salat, melainkan juga yang mengabaikan nilai-nilai yang dikandung dalam salat sehingga tidak mengubah perilaku hidupnya, salah satunya membiarkan kemiskinan merajalela di sekitarnya.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimas Islam Kemenag Nomor DJ.II/802 Tahun 2014 tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid dijelaskan bahwa masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah ritual (mahdhah), tetapi juga ibadah sosial yang lebih luas (ghair mahdhah) di bidang ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan sebagainya.

Masjid ialah satu rumah ibadah yang membuat aktivitas keagamaan di Tanah Air menyala. Namun, di sisi lain, Indonesia masih seperti 'api dalam sekam' dalam kasus intoleransi. Belum lagi kasus korupsi yang ternyata tidak bisa dilumpuhkan dengan menguatnya keberagamaan.

Ustaz Muhammad Jazir telah berpulang. Sang penggerak peradaban yang tak sekadar mengajar tentang masjid, tetapi menyalakannya hingga berdampak bagi kehidupan. Selamat jalan ustaz anutan. Tabik!

(Dewan Redaksi Media Group Ade Alawi)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Achmad Zulfikar Fazli)