Rupiah Menguat Tipis ke Rp15.505/USD

Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Ramdani.

Rupiah Menguat Tipis ke Rp15.505/USD

Husen Miftahudin • 8 January 2024 09:58

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini mengalami penguatan tipis.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 8 Januari 2024, rupiah hingga pukul 09.29 WIB berada di level Rp15.505 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 11 poin atau setara 0,07 persen dari Rp15.516 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan, greenback melonjak minggu ini karena para pedagang mencari lebih banyak keyakinan The Fed akan mulai memotong suku bunga pada awal 2024.

"Para pedagang terlihat mengurangi ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada bulan Maret 2024, sementara cakupan penuh dari potensi pemotongan tersebut juga masih belum jelas," terang Ibrahim.

Alat CME Fedwatch melihat para pedagang menurunkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada Maret 2024 menjadi 62 persen dari 72 persen yang terlihat pada minggu sebelumnya.

Menurut Ibrahim, pasar sekarang fokus pada data nonfarm payrolls untuk Desember, yang akan dirilis pada Jumat. Angka tersebut diperkirakan menunjukkan lebih banyak pendinginan di pasar tenaga kerja, meskipun para pedagang tetap khawatir atas kekuatan yang tidak terduga setelah data klaim pengangguran mingguan dan data gaji swasta yang lebih kuat dari perkiraan yang dirilis awal pekan ini.

Pasar tenaga kerja yang melemah dan inflasi yang lebih lemah adalah dua faktor utama yang dipertimbangkan oleh The Fed dalam memangkas suku bunganya. Meskipun keduanya telah melemah secara substansial dalam beberapa bulan terakhir, para pedagang masih belum yakin apakah hal tersebut akan cukup untuk mendorong pelonggaran moneter agresif oleh The Fed pada 2024.

Baca juga: Kenaikan Produksi OPEC Sebabkan Harga Minyak Merosot
 

Optimisme kinerja neraca perdagangan


Ibrahim menjelaskan penyebab menguatnya rupiah di awal pekan ini, yakni karena pemerintah masih memegang teguh optimisme terhadap kinerja neraca perdagangan Indonesia yang diyakini masih akan mencatatkan surplus di 2024. Adapun hingga November 2023, neraca perdagangan RI tercatat surplus 43 kali berturut-turut dengan nilai USD33,63 miliar.

Diketahui, pemerintah juga menetapkan target neraca perdagangan Indonesia pada 2023 surplus sebesar USD38,3 miliar hingga USD38,5 miliar. Artinya, capaian yang sebesar USD33,63 miliar masih belum mencapai target yang ditentukan.

"Angka tersebut menurun USD16,91 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD50,54 miliar," terang dia.

Guna untuk terus mencapai dan mempertahankan surplus neraca perdagangan RI, pemerintah berupaya untuk menemukan pasar baru dan mengembangkan nilai tambah perdagangan. Agar neraca perdagangan tetap surplus, maka kerja keras seluruh stakeholder yang ada dan kata kuncinya adalah kolaborasi, menemukan pasar-pasar baru sebagai nilai tambah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan di November 2023 ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar USD4,62 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.

Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar USD2,21 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu hasil minyak dan minyak mentah. 

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.510 per USD hingga Rp15.560 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)