Kemacetan Disebut Problem yang Kompleks dan Multidimensional

Antrean kendaraan mengular di Jalan Arteri Pondok Indah menuju Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Medcom/Wiwid

Kemacetan Disebut Problem yang Kompleks dan Multidimensional

Deny Irwanto • 11 October 2024 01:01

Jakarta: Kemacetan di Jakarta disebut bukan hanya soal jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. Masalah ini merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan seperti urbanisasi yang cepat, kurangnya sistem transportasi umum yang memadai, ketergantungan pada kendaraan pribadi, serta perencanaan kota yang tidak terintegrasi dengan baik.

"Ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Jakarta menjadi magnet bagi urbanisasi, memicu ledakan populasi dan memperparah masalah transportasi," kata Dosen di BPP University, London, Oki Earlivan, dalam keterangan pers, Kamis, 10 Oktober 2024.
 

Baca: Deretan Program dan Janji Cagub-Cawagub Jakarta
 
Dia menjelaskan dalam beberapa dekade terakhir, berbagai solusi telah diusulkan oleh pemerintah daerah dan pusat, termasuk pembangunan jalan tol, flyover, serta underpass. Namun sebagian besar dari solusi tersebut hanya memberikan dampak sementara, dan dalam jangka panjang, kemacetan tetap menjadi persoalan yang belum terselesaikan.

Menurut dia dalam debat publik pertama Pilkada Jakarta kemarin, beberapa calon gubernur (cagub) kerap menawarkan berbagai solusi yang sebenarnya sudah sering didengar seperti perluasan infrastruktur jalan, MRT, LRT, dan lain sebagainya.

"Hal-hal tersebut sudah sering kita dengar dari beberapa dekade lalu, namun yang masyarakat inginkan adalah adanya sebuah inovasi baru dengan pendekatan yang segar, sehingga masyarakat yakin bahwa setidaknya akan ada rencana jangka pendek, menangah dan panjang yang akan dilakukan oleh gubernur yang akan dating," jelasnya.

Menurut Oki di antara cagub yang menawarkan sebuah inovasi baru adalah Ridwan Kamil dengan menawarkan 'Dua Ideologi' untuk kemacetan Jakarta, selain tentunya memperluas infrastruktur dan menambah armada angkutan, hal menarik yang disampaikan adalah akan adanya River Way dengan menggunakan 13 sisi aliran sungai yang ada di Jakarta.

Selain inovasi transportasi sungai, Ridwan Kamil juga berfokus pada pembangunan beberapa Central Business Districts (CBD) baru di berbagai wilayah Jakarta. Saat ini sebagian besar pusat bisnis dan ekonomi terkonsentrasi di kawasan Sudirman, Thamrin, dan Kuningan, yang menyebabkan kemacetan parah di area tersebut.

Dengan menciptakan CBD di wilayah-wilayah lain, seperti di Jakarta Timur atau Selatan, Ridwan berharap dapat mendistribusikan pergerakan penduduk secara lebih merata dan mengurangi tekanan lalu lintas di pusat kota.

"Meskipun kedua inovasi ini menjanjikan, tantangan yang dihadapi Ridwan Kamil dalam implementasinya sangat kompleks. Pengembangan transportasi sungai memerlukan perbaikan kualitas sungai yang saat ini masih dipenuhi oleh sampah dan sedimentasi. Di sisi lain, pembangunan CBD baru membutuhkan investasi besar dan koordinasi antar pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta dan pemerintah pusat," ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)