ICRC Desak Jajaran Pemimpin Dunia Hentikan Pembantaian di Sudan

Situasi di El Fasher di tengah konflik antara militer Sudan dan RSF. (Anadolu Agency)

ICRC Desak Jajaran Pemimpin Dunia Hentikan Pembantaian di Sudan

Willy Haryono • 1 November 2025 15:02

Jenewa: Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada Jumat kemarin mendesak para pemimpin dunia untuk melakukan langkah penting guna mengakhiri pembantaian warga sipil di Sudan, dengan menggambarkan situasi di El-Fasher dan wilayah lain sebagai "bencana kemanusiaan"

"Pelanggaran aturan perang yang mengerikan yang kita saksikan di Sudan tidak dapat dibenarkan," kata Mirjana Spoljaric dalam sebuah pernyataan yang dikutip Antara, Sabtu, 1 November 2025.

"Tidak boleh ada pasien yang terbunuh di rumah sakit, dan tidak boleh ada warga sipil yang ditembak saat mencoba melarikan diri dari rumah mereka."

"Serangan mengerikan ini harus dihentikan dan hukum humaniter internasional harus dihormati," desaknya.

Spoljaric mengatakan warga sipil menghadapi serangan membabi buta, kekerasan seksual yang merajalela dan penghancuran yang disengaja terhadap layanan-layanan penting.”

Ia menambahkan bahwa rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan "yang dulu didedikasikan untuk menyelamatkan nyawa telah menjadi tempat kematian dan kehancuran."

Spoljaric mengatakan ICRC telah berulangkali memperingatkan pihak berperang untuk menghormati hukum humaniter internasional, namun pelanggaran terus dilakukan tanpa hukuman.

Presiden ICRC itu juga mengutuk serangan baru-baru ini terhadap pekerja kemanusiaan, dengan menyatakan bahwa "minggu ini saja di Kordofan Utara, lima rekan kami dari Bulan Sabit Merah Sudan terbunuh."

"Para pemimpin kini harus menunjukkan keberanian politik untuk menghentikan pembunuhan," ujarnya, seraya menekankan bahwa semua negara memiliki kewajiban untuk menegakkan hukum humaniter internasional dan memastikan negara lain melakukan hal yang sama.

"Kehidupan di Sudan kini bergantung pada tindakan yang kuat dan tegas untuk menghentikan kekejaman ini. Dunia tidak bisa tinggal diam sementara warga sipil dilucuti dari rasa aman dan martabat mereka," pungkasnya.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain juga menyuarakan keprihatinan atas "kekerasan yang menghancurkan" di El-Fasher.

"Banyak keluarga berlarian menyelamatkan diri, kelaparan dan kelelahan. Serangan brutal ini harus diakhiri. Sekarang juga," ujar McCain di platform media sosial X.

Ia menggarisbawahi bahwa organisasi PBB harus diizinkan untuk "beroperasi dengan independensi dan netralitas penuh — dan berdiri bersama rakyat Sudan di saat mereka sangat membutuhkan."

Sudan telah dilanda perang saudara antara tentara dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter sejak April 2023, yang menyebabkan ribuan kematian dan jutaan orang mengungsi.

El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, jatuh di bawah kendali RSF pada hari Minggu setelah berbulan-bulan dikepung. Kelompok hak asasi manusia menuduh RSF melakukan pembunuhan massal, menahan orang dan menyerang rumah sakit.

Baca juga:  Komandan RSF Sudan yang Pamer Bunuh 900 Warga El-Fasher Ditangkap

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)