Jakarta: Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengungkapkan subsidi TransJakarta. Hal itu sebagai komitmen Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dalam menjaga keterjangkauan tarif layanan TransJakarta.
Menurutnya, tarif keekonomian sebenarnya mencapai sekitar Rp13 ribu per penumpang. Namun, masyarakat hanya membayar Rp3.500 berkat subsidi besar dari pemerintah daerah.
“Cost recovery-nya layanan angkutan umum TransJakarta itu tinggal 14 persen dari total cost yang ada. Artinya jika tinggal 14 persen maka subsidi yang harus disiapkan itu sebesar 86 persen," ujar Syafrin di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 29 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, dari hasil perhitungan tahun ini, subsidi per penumpang mencapai Rp9.700. "Rp9.700 subsidi-nya, jadi tambah Rp3.500 tarifnya (yang dibayar penumpang). Jadi, Rp13.000,” kata Syafrin.
Ia menilai, angka tersebut menunjukkan besarnya tanggung jawab Pemprov DKI dalam menyediakan transportasi publik yang terjangkau. Namun, di sisi lain, kondisi fiskal
Jakarta kini mengalami tekanan akibat pemangkasan Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat.
“Sebanyak 86 persen ini sekarang kita terkoreksi tadi dengan DBH, pemotongan DBH sehingga ini berpengaruh terhadap kapasitas fiskal Jakarta,” ungkap Syafrin.
Dampak pemangkasan DBH itu, lanjut Syafrin, membuat Pemprov DKI kini berhitung ulang untuk memastikan keberlanjutan subsidi TransJakarta itu. Pihaknya tengah menyiapkan berbagai simulasi dan kajian terhadap kemungkinan penyesuaian tarif agar kebijakan baru nantinya tidak membebani masyarakat.
“Tentu kami terus melakukan simulasi-simulasi untuk mendapatkan angka yang ideal, sehingga ini tidak juga memberatkan masyarakat jika memang ditetapkan Pak Gubernur ada penyesuaian tarif,” kata Syafrin.
TransJakarta/MI/Arya Manggala
Ia menegaskan setiap kebijakan tarif Transjakarta akan tetap berbasis kajian kemampuan dan kemauan masyarakat untuk membayar (ability to pay dan willingness to pay). Kajian tersebut diperbarui setiap tahun guna memastikan tarif tetap rasional.
“Tentu kami selalu melakukan update. Karena kita pahami elastisitas tarif terhadap demand itu sangat tinggi,” pungkas Syafrin.