Rupiah Terkapar Lagi! Parkir di Rp16.406/USD

Ilustrasi kurs dolar dan rupiah. Foto: dok MI/Ramdani.

Rupiah Terkapar Lagi! Parkir di Rp16.406/USD

Ade Hapsari Lestarini • 17 March 2025 17:33

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau bergerak melemah pada perdagangan sore ini. Mata uang Garuda ini minim sentimen positif hingga akhir perdagangan.

Mengacu data Bloomberg, Senin, 17 Maret 2025, rupiah melemah hingga 56 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.406 per USD dibandingkan pembukaan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.351 per USD.

Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah hingga 51 poin atau 0,31 persen menjadi Rp16.395 per USD dibandingkan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.349 per USD.

Adapun berdasarkan data kurs referensi mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat alias Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) yakni Rp16.379 per USD.


Ilustrasi. Foto: Metrotvnews.com/Eko Nordiansyah
 

Baca juga: Rupiah Tak Bergerak Banyak di Pembukaan Awal Pekan Ini
 

Tarif Trump hingga ekonomi RI lesu

 
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah dipengaruhi kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif 200 persen pada minuman beralkohol Eropa, termasuk anggur dan sampanye, sebagai balasan atas keputusan Uni Eropa untuk mengenakan tarif 50 persen pada wiski AS.
 
Keputusan UE, yang akan mulai berlaku pada 1 April itu merupakan balasan terhadap tarif 25 persen yang baru diterapkan AS pada baja dan aluminium impor. Selain itu, Trump akan memberlakukan tarif timbal balik di seluruh dunia pada 2 April, yang dapat semakin memperburuk suasana hati investor.
 
Bersamaan dengan itu, data ekonomi AS baru-baru ini mengungkapkan angka inflasi yang lebih rendah. Baik indeks harga konsumen (CPI) maupun indeks harga produsen (PPI) menunjukkan tekanan inflasi yang lebih lemah dari yang diharapkan, yang memperkuat ekspektasi potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve akhir tahun ini.
 
Federal Reserve dijadwalkan bertemu pada 18-19 Maret untuk membahas kebijakan suku bunga. Konsensus saat ini mengantisipasi suku bunga akan tetap tidak berubah karena inflasi yang terus-menerus dan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung.
 
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat berbagai data yang baru dirilis juga semakin menegaskan tantangan kelesuan ekonomi domestik sebaiknya tidak diremehkan. Rasio tabungan masyarakat RI jatuh ke level terendah sejak 2021 lalu ketika kondisi penghasilan masyarakat melemah sampai berdampak pada daya beli.
 
"Sehingga pemerintah harus benar-benar serius dalam menangani hal tersebut," tutur Ibrahim memperingatkan.
 
Apalagi kondisi ekonomi dinilai akan semakin memburuk dalam enam bulan ke depan hingga menurunkan keyakinan konsumen ke level terendah dalam tiga bulan, ketika lapangan kerja makin sulit didapatkan dan arus pemutusan hubungan kerja kian meluas ke berbagai industri.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)