Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Insi Nantika Jelita • 20 May 2025 18:42
Jakarta: Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Carole J. Gall menyatakan lanskap energi global tengah mengalami perubahan menuju transisi energi era rendah karbon. Industri hulu migas pun siap mendukung pergeseran ini secara praktis dan bertanggung jawab.
"Kami terus mengambil langkah konkret untuk mendukung pengurangan emisi. Salah satunya pengembangan teknologi rendah karbon, seperti teknologi carbon capture and storage (CCS)," ujar Carole dalam acara Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) 2025 di ICE BSD, Tangerang, Selasa, 20 Mei 2025.
Menurutnya, CCS bukan hanya sekadar teknologi pengurangan emisi, tetapi juga instrumen strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Carole menuturkan teknologi CCS memungkinkan industri hulu melakukan dekarbonisasi secara bertanggung jawab, sekaligus membuka peluang investasi yang lebih besar, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat daya saing nasional.
Indonesia disebut memiliki potensi besar dalam pengembangan CCS, dengan kapasitas penyimpanan geologis yang sangat luas, menjadikannya negara dengan posisi unik untuk memimpin pengembangan solusi rendah karbon di kawasan regional.
"Dengan semakin banyaknya proyek CCS yang mulai dikembangkan, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk menjadi pusat regional teknologi rendah karbon," terang dia.
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ditargetkan sebagian besar dari 15 proyek CCS akan mulai beroperasi pada 2030. Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang termasuk terbesar di dunia, mencapai total 577,62 gigaton. Potensi ini terdiri atas 4,85 gigaton dari ladang minyak dan gas yang telah habis (depleted oil & gas fields) serta 572,77 gigaton dari akuifer asin (saline aquifer).
Baca juga: Langkah Menteri ESDM Mengevaluasi Izin Blok Migas Dinilai Tepat |