Anggota Komisi VI DPR Rachmat Gobel. Istimewa
Arga Sumantri • 18 June 2025 16:11
Jakarta: Anggota Komisi VI DPR Fraksi Partai NasDem Rachmat Gobel mengatakan ada perbedaan yang nyata antara membangun pabrik dan membangun industri. Paling mencolok, pada pengembangan sumber daya manusia.
"Itulah yang ada pada industri, dan itulah yang menjadi ciri praktik ekonomi Pancasila di perusahaan," kata Gobel saat menjadi keynote speech pada acara diskusi dan bedah buku berjudul Praksis Pancasila; Penerapan Ideologi Pancasila di Perusahan Gobel, di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, 17 Juni 2025.
Gobel mengatakan membangun pabrik hanya mementingkan untung rugi. Jika rugi akan ditutup, lalu investor akan memindahkan pabriknya ke negara lain yang lebih menguntungkan. Sedangkan, membangun industri, kata Gobel, harus membangun ekosistem, memikirkan keberlanjutan, dan paling penting melakukan investasi di bidang sumber daya manusia.
"Jadi, membangun industri juga bukan sekadar menyediakan lapangan kerja, tapi harus ada transfer teknologi," kata dia.
Gobel bercerita di perusahaannya berlaku prinsip memanusiakan manusia, bukan mempekerjakan manusia. Semuanya menjadi satu kesatuan sebagai satu keluarga. Prinsip lainnya, lanjut Gobel, ada doktrin yang menjadi keyakinan bahwa keuntungan dimulai oleh karyawan di level terbawah.
Dengan demikian, ada kesetaraan antara direksi dan top management dengan pegawai terbawah. Jika sekadar cari untung, pimpinan perusahaan bisa utak-atik buku keuangan, tapi kemudian perusahaan menjadi runtuh.
"Dengan prinsip ini, serikat pekerja akan benar-benar mengawasi kinerja pimpinannya. Saya sebagai owner bisa dimarahi oleh presiden serikat pekerja," kata generasi kedua perusahaan Gobel tersebut.
Baca juga: UIN Syarif Hidayatullah Bedah Buku Pengamalan Ideologi Pancasila di Perusahaan Gobel |
Baca juga: Gobel Ajak PNM dan BRI Bangun Desa UMKM di Gorontalo |