Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan Monumen Keris di Kabupaten Sumenep. Foto: Istimewa.
Anggi Tondi Martaon • 30 January 2025 19:25
Jakarta: Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, meresmikan Monumen Keris di Desa Sendang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Fadli menilai salah satu wilayah di Pulau Madura itu layak dijadikan sebagai Ibu Kota Keris Dunia.
“Sangat layak jika Sumenep diakui sebagai Ibu Kota Keris Dunia,” tegas Fadli melalui keterangan tertulis, Kamis, 30 Januari 2025.
Politikus Partai Gerindra itu menyampaikan status tersebut layak disandang karena Sumenep mampu memproduksi 600 keris setiap bulan. Pengerjaan dilakukan sekitar 600 empu keris.
"Sumenep telah membangun identitasnya sebagai Kota Keris dengan ekosistem yang kuat, di mana lebih dari 600 empu aktif menciptakan lebih dari 2.000 keris setiap bulan yang tersebar ke seluruh Nusantara hingga mancanegara," ungkap dia.
Eks Wakil Ketua DPR itu menjelaskan keris telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 2005. Keris juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia sejak 2008.
Selain itu, Fadli menilai peresmian Monumen Keris sebagai bentuk komitmennya dalam melestarikan warisan budaya. Termasuk mendukung penguatan ekosistem ekonomi berbasis budaya di Sumenep, yang dikenal sebagai Kota Keris.
Monumen Keris memiliki tinggi 17 meter yang dihiasi 45 kelopak bunga sebagai simbol kemerdekaan Indonesia. Monumen ini dinamai Aria Wiraraja, tokoh penting Madura di era Kerajaan Singosari.
Monumen Keris dirancang seperti keris pusaka era Sultan Abdurrahman. Yakni, keris luk-9 dengan pamor rojo abolo rojo, yang melambangkan kekuatan dan kebesaran budaya Madura.
"Monumen ini merupakan simbol identitas kebanggaan, pengakuan, dan pelestarian warisan budaya bagi masyarakat," sebut dia.
Selain itu, Fadli mengapresiasi Pemkab Sumenep yang berhasil membangun monumen tersebut. Sebab, pembangunan memecahkan rekor MURI sebagai keris tertinggi di Indonesia.
Tak hanya itu, Fadli salut dengan upaya Kabupaten Sumenep yang berhasil membangun monumen tersebut tanpa menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pembangunan dilakukan melalui kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, di antaranya BUMN dan BUMD
"Saya berharap inisiatif ini dapat direplikasi oleh daerah lain dalam memperkuat kemitraan lintas sektor dan menjadikan kebudayaan sebagai pilar pembangunan daerah," ujar dia.