Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Foto: Anadolu
Washington: Pemerintahan Donald Trump secara resmi mengajukan rancangan perdamaian 28 poin kepada Ukraina yang berisi serangkaian persyaratan untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Proposal yang disusun tanpa melibatkan Kyiv ini memicu reaksi keras di Eropa dan menempatkan Presiden Volodymyr Zelensky dalam posisi sulit di tengah tekanan militer dan politik domestik.
Kantor Zelensky mengakui menerima proposal tersebut dan menyatakan kesediaan bekerja "konstruktif, jujur, dan cepat" dengan Washington, meski menekankan komitmen pada perdamaian yang adil. Zelensky diperkirakan segera berbicara langsung dengan Trump dalam dialog yang berpotensi menentukan masa depan konflik.
Tantangan diplomasi
Pemimpin Eropa menyambut proposal
Amerika Serikat dengan kehati-hatian. Prancis menegaskan "damai tidak boleh menjadi penyerahan diri," sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Kaja Kallas mempertanyakan ketidakseimbangan persyaratan yang hanya membebani Ukraina.
Inisiatif perdamaian AS ini muncul ketika pasukan
Rusia mendekati penaklukan Pokrovsk sementara serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina memicu krisis humaniter jelang musim dingin.
Misi diplomatik AS yang dipimpin Sekretaris Angkatan Darat Daniel Driscoll tiba di Kyiv lebih cepat dari jadwal untuk mempercepat koordinasi. Pejabat AS mengindikasikan Driscoll mungkin juga akan bertemu mitra Rusia, menandai upaya baru Washington sebagai mediator.
Namun, dikutip dari
India Today, Jumat, 21 November 2025, Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengingatkan bahwa perdamaian berkelanjutan memerlukan "ide-ide serius dan realistis" serta kompromi dari kedua belah pihak.
Dinamika politik
Zelensky menghadapi tantangan kompleks di dalam negeri. Skandal korupsi baru-baru ini memaksa pemberhentian dua menteri kabinet dan memicu tuntutan pergantian personel lebih luas.
Sementara itu, ketergantungan Ukraina pada bantuan militer AS membuat Kyiv harus berhati-hati dalam menanggapi proposal Washington, meski publik Ukraina tetap menolak penyerahan wilayah.
Rencana perdamaian AS ini menjadi ujian bagi hubungan transatlantik dan kredibilitas Zelensky yang berjanji tidak akan mengorbankan kedaulatan territorial. Dengan medan perang yang semakin sulit dan tekanan diplomatik yang meningkat, dunia menunggu apakah dialog Zelensky-Trump dapat menghasilkan formula yang memadukan realisme politik dengan prinsip keadilan yang menjadi tuntutan Kyiv.
(Muhammad Adyatma Damardjati)