Aksi unjuk rasa di Beograd, Serbia. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 30 June 2025 09:45
Beograd: Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengumumkan pada Minggu, 29 Juni, penangkapan sejumlah demonstran anti-pemerintah setelah terjadinya bentrokan antara massa dan polisi dalam aksi protes besar-besaran di ibu kota, Beograd. Sedikitnya 77 orang telah ditahan, dan 38 di antaranya belum dilepaskan karena menghadapi dakwaan pidana.
Mengutip dari PBS News, Senin, 30 Juni 2025, unjuk rasa yang digerakkan kelompok mahasiswa ini dihadiri puluhan ribu orang, menuntut pemilu parlemen Serbia lebih awal dan menyebut pemerintahan populis yang berkuasa saat ini sebagai ilegal.
Ketegangan meningkat setelah bagian resmi dari aksi selesai, di mana bentrokan terjadi antara demonstran dan polisi antihuru-hara. Polisi menggunakan gas merica, tongkat, dan tameng, sementara massa melempari petugas dengan batu dan botol.
Dalam konferensi pers, Vucic menuduh para penyelenggara aksi memprovokasi kekerasan dan menyasar polisi. Ia menyebut para demonstran sebagai "teroris" dan menyoroti keterlibatan Rektor Universitas Beograd, Vladan Djokic, dalam aksi tersebut.
“Identifikasi pelaku terus dilakukan dan akan ada lebih banyak penangkapan,” tegas Vucic.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Serbia, 48 polisi terluka, sementara 22 pengunjuk rasa dirawat tim medis. Pemerintah menolak tuntutan untuk mengadakan pemilu dini, dan bersikukuh tetap pada jadwal pemilu berikutnya di tahun 2027.
Vucic, yang telah berkuasa selama lebih dari satu dekade, dituduh oleh para pengkritik semakin otoriter, mengekang kebebasan sipil, dan membiarkan korupsi serta kejahatan terorganisir tumbuh. Ia membantah semua tuduhan tersebut.
Serbia secara resmi masih mengupayakan keanggotaan Uni Eropa, namun tetap menjalin hubungan erat dengan Rusia dan Tiongkok.
Baca juga: Kecam Pemerintahan Vucic, Lebih dari 100.000 Warga Serbia Turun ke Jalan