Turki menaikkan suku bunga ke level tertinggi. Foto: Associated Press.
Ade Hapsari Lestarini • 22 September 2023 12:11
Ankara: Bank sentral Turki menaikkan suku bunga sebesar lima persen untuk menjinakkan kebangkitan inflasi. Ini menjadi sebuah langkah yang dipandang memperkuat pembalikan kebijakan tidak konvensional di masa lalu.
Melansir Xinhua, Jumat, 22 September 2023, Komite kebijakan moneter bank sentral memutuskan untuk menaikkan suku bunga kebijakan utama sebesar 500 basis poin, menaikkannya menjadi 30 dari 25 persen.
Penaikan ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun, mengutip pembacaan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada Juli dan Agustus untuk keputusannya.
"Pengetatan moneter diputuskan untuk menetapkan arah disinflasi sesegera mungkin, untuk memperkuat ekspektasi inflasi, dan untuk mengendalikan kemerosotan perilaku penetapan harga," ujar Bank Sentral.
Inflasi Turki pada Agustus naik menjadi 9,1 persen bulan ke bulan, melebihi ekspektasi pasar sebesar tujuh persen. Kondisi ini mendorong tingkat inflasi tahunan menjadi 58,9 persen.
Baca juga: Perdana ke Indonesia, Menlu Baru Turki Bahas IKN hingga Islamofobia
Rekor tertinggi inflasi Turki
Inflasi tahunan di Turki, salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Timur Tengah, melonjak hingga 85,5 persen pada Oktober 2022, menandai rekor tertinggi dalam satu dekade. Namun, angka tersebut kemudian turun menjadi 38,2 persen di Juni, kemudian kembali naik menjadi 47,8 persen di Juli dan terus meningkat di Agustus.
Sejak Juni, tim ekonomi baru Turki, yang menganjurkan kebijakan lebih konvensional, telah menaikkan suku bunga dari 8,5 persen menjadi 30 persen.
Langkah ini bertujuan untuk mengatasi masalah inflasi yang terus terjadi di negara ini, seiring dengan upaya pemerintah untuk beralih dari kebijakan moneter longgar yang berkontribusi terhadap krisis biaya hidup.
Para ekonom mengatakan, dengan melanjutkan pengetatan moneter pada Kamis, bank sentral berharap dapat mengirimkan pesan kepada investor asing dan lembaga pemeringkat kredit internasional, bank sentral bertekad untuk melawan inflasi.
"Bank sentral mengambil keputusan yang disambut baik. Kenaikan
suku bunga lebih lanjut akan menyusul," kata profesor ekonomi yang berbasis di Istanbul, Ozgur Demirtas, dalam sebuah postingan di X, platform sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Ia juga menekankan perjalanan Turki menuju pemulihan ekonomi masih panjang.
Mantan kepala ekonom bank sentral dan akademisi di Universitas Bilkent Ankara, Hakan Kara, di platform sosial juga mengatakan kenaikan baru ini adalah sebuah langkah ke arah yang benar untuk melawan inflasi yang membandel.
Baca juga: The Fed Pertahankan Tingkat Suku Bunga
Rating positif dari Moody's dan Fitch
Pernyataan positif dari lembaga pemeringkat internasional Moody's dan Fitch, serta penurunan premi risiko kredit lima tahun di Turki, menunjukkan semakin besarnya kepercayaan pasar internasional terhadap negara tersebut.
Fitch Ratings meningkatkan prospek Turki dari "negatif" menjadi "stabil" bulan ini, dengan alasan perombakan kebijakan. Namun, mereka juga memperingatkan tentang ketidakpastian terkait besarnya, jangka panjang, dan keberhasilan penyesuaian kebijakan untuk menurunkan inflasi, sebagian karena pertimbangan politik.
Meskipun inflasi yang tinggi telah memengaruhi banyak negara secara global, salah satunya disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina, Turki menghadapi salah satu tantangan yang paling signifikan.
Terlebih lagi, kesengsaraan keuangan negara ini diperburuk oleh gempa bumi dahsyat pada Februari, yang mengakibatkan biaya rekonstruksi yang besar.
Pada 6 September, pemerintah Turki merilis laporan yang menaikkan perkiraan inflasi dan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya. Pemerintah kini memperkirakan inflasi tahunan akan mencapai 65 persen pada akhir tahun ini, dengan target menurunkannya menjadi 33 persen pada 2024, dan pada akhirnya mencapai inflasi satu digit pada 2026.
Namun, beberapa analis percaya proyeksi ini terlalu optimis, mengingat perjuangan Turki yang sudah lama berjuang melawan inflasi.
"Meskipun program baru pemerintah bersifat komprehensif, tujuannya (terlalu) optimis, dan akan memberikan tekanan lebih lanjut pada kelas pekerja meskipun kembali ke kebijakan ekonomi yang lebih konvensional. Rencana ini akan meningkatkan ketidakadilan pendapatan saat ini dan memberikan tekanan terus-menerus pada rumah tangga selama beberapa tahun ke depan," ujar seorang ekonom dan pakar riset pasar yang berbasis di Istanbul, Can Selcuki.