Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 30 April 2024 14:29
Lima Puluh Kota: Founder Bizbuzz Indonesia Junaedi Akbar menyebutkan, rata-rata penggunaan media sosial masyarakat Indonesia mencapai lebih dari tiga jam per hari.
"Meski begitu, kebanyakan mereka tidak memiliki pemahaman (kecakapan) terhadap media sosial," ucap Junaedi dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat di Kabupaten Lima Puluh Kota, dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 30 April 2024.
Junaedi mengatakan, media sosial merupakan media untuk bersosialisasi satu sama lain. Hal itu dilakukan secara online, yang memungkinkan manusia saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
"Agar cermat bermain platform digital yang satu ini, pengguna perlu memiliki kompetensi kecakapan digital (digital skill)," tutur Junaedi.
Junaedi Akbar menambahkan, dari berbagai macam media sosial, aplikasi percakapan WhatsApp masih menjadi media paling populer digunakan masyarakat Indonesia.
Persisnya, dari 139 juta pengguna media sosial (2023), sebanyak 92,1 persen diantaranya menggunakan aplikasi WhatsApp. Aplikasi tak kalah populer lainnya adalah Instagram (86,5 persen), Facebook (83,8 persen), TikTok (70,8 persen), Telegram (64,3 persen), dan Twitter (60,2 persen).
Junaedi menyebut, media sosial tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Facebook, misalnya, meskipun unggul dari sisi penggunanya tapi penggunanya terlalu heterogen sehingga informasinya pun beragam.
"Kelebihan Instagram, memiliki fitur menarik namun hanya terbatas untuk unggah foto dan video. Twitter menjadi alat distribusi informasi ringkas dan cepat, namun karakter dibatasi. Sedangkan YouTube, jadi penyaji info berupa video dengan durasi tak terbatas, tapi beragam dan banyak iklan," rinci Junaedi.
Menurut dia, bermain media sosial hendaknya perlu paham fitur menu pengaturan akun. "Mengatur privasi, memblok akun, mengatur keamanan maupun integrasi akun," ucap Junaedi mengingatkan.
Baca juga: Kritis Jadi Kunci Agar Ekosistem Digital Indonesia Semakin Minim Hoaks |