Crude Palm Oil (CPO). Foto: dok MI/Amir.
Fetry Wuryasti • 15 October 2023 21:18
Jakarta: Peneliti Ekonomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Latif Adam meminta agar keberadaan bursa CPO inklusif bisa dimanfaatkan oleh seluruh lapisan pengusaha CPO, termasuk perusahaan menengah ke bawah, tidak hanya dinikmati oleh sebagian perusahaan-perusahaan sawit besar di Indonesia.
Ada tiga hal yang perlu dibenahi. Pertama terkait tata kelola, mencakup biaya/fee yang kompetitif dan bisa dijangkau untuk seluruh pelaku usaha CPO di Indonesia termasuk untuk biaya pendaftaran pembeli dan penjual, biaya transaksi dan biaya hedging.
"Sebab Indonesia bersaing dengan bursa komoditas yang sama dengan di Malaysia dan Rotterdam. Sehingga perlu tata kelola menciptakan pasar CPO yang inklusif, untuk menarik lebih banyak lagi pelaku usaha CPO, tidak hanya perusahaan besar tetapi juga mereka yang skala menengah kecil, karena itu yang akan menentukan solid tidaknya suatu bursa," kata Latif saat dihubungi, Minggu, 15 Oktober 2023.
Bila hanya perusahaan CPO besar yang berpartisipasi, tentu inklusivitasnya diragukan dan perdagangan menjadi rentan, terutama kekhawatiran hanya segelintir besar yang mengatur harga. Sehingga cita-cita terbentuknya mekanisme harga pasar tidak tercapai.
Selain itu perlu definisi posisi dari para perusahaan apakah sebagai penjual atau pembeli. Sebab kebanyakan perusahaan sawit dan CPO merupakan konglomerasi, dimana mulai dari perkebunan sawit, pengolahan CPO, hilirisasinya berada di dalam garis satu perusahaan yang sama.
"Sehingga perlu diperjelas, pendaftaran mereka ke bursa CPO sebagai apa. Jangan sampai terjadi insider trading, dan celah mempermainkan harga dan oligopolistik," kata Latif.
Baca juga: Resmi Diluncurkan, 18 Pelaku Usaha Siap Ikut Bursa CPO