Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI/Ramdani
M Ilham Ramadhan Avisena • 24 September 2024 17:54
Jakarta: Bank Indonesia menyatakan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) bakal dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Itu karena instrumen tersebut dinilai bekerja dengan efektif dalam mendukung transmisi kebijakan moneter, pendalaman pasar uang, hingga stabilitas nilai tukar rupiah.
"SRBI itu akan
long lasting, tetapi mungkin variasi strateginya yang akan disesuaikan dengan konteks tantangan yang dihadapi nanti," ujar Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia Donny Hutabarat dalam taklimat media, Jakarta, Selasa, 24 September 2024.
Dia menambahkan, mulanya SRBI diterbitkan oleh bank sentral untuk mendukung transisi kebijakan moneter. Seiring berjalannya waktu, instrumen tersebut dapat mendukung upaya pendalaman pasar keuangan dan menahan kejatuhan nilai tukar rupiah yang terlalu dalam.
Dari sisi transisi kebijakan moneter, misalnya, SRBI berperan menjaga level IndONIA tetap berada di kisaran BI Rate. IndONIA merupakan indeks suku bunga atas transaksi pinjam-meminjamkan
rupiah tanpa agunan yang dilakukan antarbank untuk jangka waktu overnight di Indonesia.
Sementara dari sisi pendalaman pasar keuangan, lanjut Donny, SRBI berperan begitu efektif. Sebab nilai transaksi instrumen tersebut di pasar sekunder berkisar Rp5 triliun hingga Rp12 triliun per hari. "Jadi ini efektif. Jadi intinya
secondary market, kalau bank punya SRBI bisa dijadikan pengelolaan likuiditas dengan spread efisien, itu dari indikator pendalaman pasar," terang dia.
Sedangkan dari sisi stabilisasi nilai tukar rupiah, SRBI telah berhasil menarik aliran modal masuk. Setidaknya aliran modal masuk melalui SRBI mencapai 27 persen, setara Rp256 triliun dari total volume instrumen tersebut. "Apakah ini long lasting? Bisa kita katakan iya, karena efektivitas yang dicapainya," kata Donny.
Dukung operasi moneter bank sentral
Di kesempatan yang sama, Asisten Gubernur
Bank Indonesia Erwin Haryono mengungkapkan, SRBI merupakan instrumen di pasar uang yang digunakan oleh bank sentral dalam mendukung operasi moneter. Itu dijadikan sebagai alat untuk mengelola likuiditas yang dapat ditransaksikan dan dimiliki oleh non bank di pasar sekunder.
"Kalau sekarang, saat ini, itu akan tetap digunakan sebagai instrumen. Seperti bank sentral lain, kita inginnya gunakan SBN saja, tapi kemarin ada isu
supply, dan untuk memperluas instrumen pasar uang, sejauh ini SRBI masih dibutuhkan, kecuali nanti ke depan, SBN sudah memadai, mungkin SRBI tidak diperlukan lagi," kata Erwin.
Adapun hingga 17 September 2024, BI tercatat telah menerbitkan SRBI dengan total nilai sebesar Rp918,42 triliun. Selain SRBI, bank sentral sedianya juga menerbitkan Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) yang masing-masing terjual USD2,95 miliar dan USD280 juta.