Menguat, Rupiah Sudah Berada di Level Rp15.000-an

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi

Menguat, Rupiah Sudah Berada di Level Rp15.000-an

Annisa ayu artanti • 8 August 2024 16:10

Jakarta: Tren penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus berlangsung. Bahkan, pada penutupan perdagangan sore ini rupiah sudah berada di level Rp15.000-an per USD.

Mengacu data Bloomberg, Kamis, 8 Agustus 2024, rupiah menguat signifikan yakni tercatat pada sore ini penguatannya mencapai 141,5 poin atau setara dengan 0,88 persen menjadi Rp15.893 per USD.

Sementara berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah megat 140 poin atau 0,87 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin menjadi Rp15.889 per USD.


Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan indeks dolar AS terjadi karena sikap investor yang gundah melihat prospek perekonomian Amerika Serikat (AS), seperti tingkat pengangguran yang masih tinggi, inflasi yang belum kunjung mereda, hingga ada kekhawatiran ekonomi AS terancam resesi.

"Investor pun mengharapkan Federal Reserve atau The Fed untuk segera menurunkan suku bunga acuan," ucap Ibrahim.

 
Baca juga: 

Rupiah Dibuka Menguat Tipis

Potensi The Fed turunkan suku bunga

Investor meningkatkan posisinya pada potensi The Fed untuk menurunkan suku bunga setelah pertemuan Bank Sentral AS tersebut secara mendadak pada Rabu pekan lalu.

Pada pertemuan tersebut, Gubernur The Fed Jerome Powell mengisyaratkan penurunan suku bunga pada September 2024 dapat terjadi.

Pernyataan itu kemudian diikuti rilis data pasar tenaga kerja yang lemah pada hari Jumat pekan yang sama.

Pasar swap memperkirakan penurunan suku bunga The Fed hampir 50 basis poin pada September 2024.


"Peran tradisional dolar AS sebagai aset safe haven akan selalu dapat kembali muncul jika pasar terus goyah atau ancaman geopolitik di Timur Tengah meningkat. Begitu pula dengan kembalinya fenomena Trump trade, yaitu menaruh dana pada aset seperti dolar AS atau Bitcoin yang dipandang mendapat manfaat dari kebijakan fiskal yang lebih longgar dan tarif yang lebih tinggi jika Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS," tutur dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)