Harga Minyak Turun di Tengah Kemungkinan Gencatan Senjata Timur Tengah

Ilustrasi. Foto: Unplash

Harga Minyak Turun di Tengah Kemungkinan Gencatan Senjata Timur Tengah

Annisa Ayu Artanti • 25 October 2024 09:02

New York: Harga minyak turun sekitar 1 persen dalam perdagangan yang bergejolak pada hari Kamis di tengah laporan bahwa AS dan Israel akan mencoba untuk memulai kembali pembicaraan mengenai kemungkinan gencatan senjata di Gaza.

Melansir Channel News Asia, Jumat, 25 Oktober 2024, harga minyak mentah berjangka Brent menetap 58 sen, atau 0,8 persen, lebih rendah pada USD74,38 per barel.

Sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) merosot 58 sen, atau 0,8 persen, menjadi berakhir pada USD70,19 per barel.

Di awal sesi, kedua patokan diperdagangkan naik lebih dari USD1 per barel di tengah kekhawatiran konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dapat mengakibatkan gangguan pasokan minyak dan ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November.
 

Baca juga: 

Harga Minyak Anjlok Imbas Peningkatan Persediaan AS



Ilustrasi kegiatan hulu migas. Foto: Freepik

Volatilitas harga minyak imbas kondisi Timur Tengah


“(Kompleks energi) terus bergerak zig-zag karena premi risiko Timur Tengah meluas dan berkurang hampir setiap hari,” analis di perusahaan penasihat energi Ritterbusch and Associates mengatakan dalam sebuah catatan.

Setelah Iran menembakkan rudal ke Israel pada 1 Oktober, minyak mentah Brent melonjak sekitar 8 persen selama pekan yang berakhir 4 Oktober di tengah kekhawatiran Israel akan menyerang infrastruktur minyak Iran. 

Harga minyak turun sekitar 8 persen pada pekan yang berakhir 18 Oktober di tengah laporan bahwa Israel tidak akan menyerang infrastruktur energi, sehingga mengurangi kekhawatiran akan gangguan pasokan.

Seperti diketahui, Iran adalah anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan memproduksi sekitar 4 juta barel per hari (bph) minyak pada tahun 2023, demikian data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan.

Iran berada di jalur yang tepat untuk mengekspor sekitar 1,5 juta barel per hari pada tahun 2024, naik dari sekitar 1,4 juta barel per hari pada tahun 2023, menurut para analis dan laporan pemerintah AS.

Iran mendukung beberapa kelompok yang memerangi Israel, termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan Houthi di Yaman.

Dengan semakin dekatnya pemilihan presiden AS, yang dapat mengubah kebijakan Timur Tengah dan minyak AS, pemerintahan Presiden Joe Biden terus mendorong perdamaian antara Israel dengan Hizbullah dan Hamas.

“(Mantan Presiden Donald) Trump memimpin atas (Wakil Presiden Kamala) Harris berdasarkan data saat ini dari pasar taruhan dan Trump telah mengusulkan untuk menjadikan AS sebagai pemasok minyak utama,” kata analis pasar senior OANDA, Kelvin Wong, seraya menambahkan bahwa langkah seperti itu dapat menekan harga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)