Ribuan orang berunjuk rasa di salah satu kota di Serbia. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 6 September 2025 11:22
Novi Sad: Polisi antihuru-hara bersenjata pentungan di sebuah kota di Serbia utara pada Jumat kemarin menembakkan gas air mata dan menyerbu ribuan demonstran damai yang menuntut pemilu bebas dan keadilan, setelah berbulan-bulan berlangsungnya aksi protes terhadap pemerintahan otoriter Presiden Aleksandar Vucic.
Mengutip dari ABC News, Sabtu, 6 September 2025, aksi yang dipimpin mahasiswa ini digelar lebih dari 10 bulan setelah kanopi beton di sebuah stasiun kereta runtuh di Novi Sad dan menewaskan 16 orang.
Tragedi itu memicu gelombang kemarahan publik atas dugaan korupsi dan kelalaian negara, yang menurut para demonstran menjadi penyebab insiden tersebut.
Tidak ada laporan langsung mengenai korban luka dalam kekacauan pada Jumat itu. Ambulans terlihat melintas di jalanan Novi Sad. Polisi memerintahkan sejumlah demonstran, termasuk jurnalis, untuk tiarap di jalan sambil diborgol, sebelum diminta menunjukkan identitas.
“Polisi hanya menjalankan tugasnya dan melakukannya dengan sangat profesional,” kata Vucic. Ia menyebut para demonstran sebagai “pengecut dan sampah,” sekaligus mengecam sekelompok politisi Eropa yang hadir dalam aksi tersebut.
Vucic, yang mengaku ingin membawa Serbia bergabung dengan Uni Eropa, melabeli para demonstran sebagai teroris yang ingin menggulingkannya dengan bantuan Barat. Awal pekan ini ia menghadiri pertemuan di Tiongkok bersama Presiden Rusia Vladimir Putin, serta pemimpin Tiongkok, Korea Utara, Belarus, dan Iran.
Mahasiswa universitas menjadi kekuatan utama di balik gelombang protes nasional yang menuntut kebebasan pers, pemilu dini, serta penuntutan pidana terhadap pihak yang bertanggung jawab atas runtuhnya kanopi beton.
Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan profesor universitas, dekan, dan guru sekolah menengah dipecat karena mendukung mahasiswa, lalu digantikan oleh loyalis Vucic.
Aksi Jumat itu berpusat di sebuah gedung universitas yang lebih dari seminggu lalu diambil alih oleh loyalis Vucic dan polisi.
Para demonstran di Novi Sad meneriakkan “Kami ingin pemilu” dan “Vucic turun” sambil berikrar mempertahankan otonomi universitas. Polisi antihuru-hara awalnya menjaga gedung universitas, namun kemudian mendapat tambahan pasukan dengan kendaraan khusus sebelum bergerak maju membubarkan massa.
Gas air mata, granat kejut, dan flare membuat jalanan kota dipenuhi asap saat polisi mengejar para demonstran menjauh dari kampus.
Intervensi cepat aparat ini mencerminkan semakin kerasnya respons Vucic terhadap aksi protes. Ia menolak menjadwalkan pemilu parlemen dini sebagaimana diminta demonstran. Vucic juga tidak memberikan bukti atas klaimnya bahwa protes digerakkan dari luar negeri.
Sementara itu, puluhan mahasiswa dan warga telah dipenjara dan dipukuli selama aksi berlangsung, memicu kritik internasional terhadap pemerintahannya.
Baca juga: Protes Anti-Pemerintah Serbia Masuki Bulan ke-10, Ribuan Warga Turun ke Jalan