Ilustrasi Hamas. (Anadolu)
Riza Aslam Khaeron • 18 November 2025 08:54
Gaza: Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) secara tegas menolak resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengadopsi rencana Amerika Serikat terkait pembentukan permerintah transisi dan Pasukan Stabilisasi Internasional di Gaza.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menyebut bahwa resolusi tersebut tidak memenuhi tuntutan politik dan kemanusiaan rakyat Palestina, terutama di Jalur Gaza yang telah mengalami dua tahun perang genosidal dan kejahatan luar biasa oleh pendudukan Israel.
"Resolusi ini memberlakukan mekanisme perwalian internasional atas Gaza, yang ditolak oleh rakyat dan faksi-faksi kami. Resolusi ini juga memberlakukan mekanisme untuk mencapai tujuan pendudukan, yang gagal mereka capai melalui genosida brutal. Lebih jauh lagi, resolusi ini mencabut Jalur Gaza dari geografi Palestina dan mencoba memaksakan realitas baru yang bertentangan dengan prinsip dan hak nasional rakyat kami. Ini merampas hak kami atas penentuan nasib sendiri dan pendirian negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya," tegas Hamas dalam siaran pers tertanggal 18 November 2025.
Resolusi tersebut, yang disahkan dengan 13 suara setuju dan dua abstain dari Rusia dan China, mengizinkan pembentukan otoritas transisi "Dewan Perdamaian" dan pengerahan Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF).
Melansir CNN, Duta Besar AS untuk PBB Michael Waltz menyatakan bahwa ISF akan menjadi koalisi penjaga perdamaian yang dipimpin negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Indonesia, dan bertugas mengamankan Gaza, melucuti senjata, melindungi warga sipil, serta mengawal bantuan.
| Baca Juga: PBB Sepakati Pasukan Stabilisasi di Gaza, Indonesia Siap Kirim 20 Ribu Personel |