Situasi Gaza relatif tenang usai tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Oktober 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 19 October 2025 18:51
Gaza: Kelompok pejuang Palestina, Hamas, membantah tuduhan Amerika Serikat yang menyebut mereka melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pihaknya telah memberi tahu negara-negara penjamin kesepakatan damai di Gaza tentang pelanggaran yang "akan segera" dilakukan oleh Hamas.
"Hamas menolak tuduhan Kemenlu AS dan dengan tegas membantah klaim tentang adanya ‘serangan yang akan segera terjadi’ atau ‘pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata’,” kata Hamas dalam pernyataannya, dikutip dari Antara, Minggu, 19 Oktober 2025.
Kemenlu AS juga sempat memperingatkan kemungkinan untuk melakukan langkah-langkah perlindungan terhadap penduduk di wilayah kantong Palestina itu.
"Amerika Serikat telah memberi tahu negara-negara penjamin perjanjian perdamaian Gaza tentang laporan kredibel yang menunjukkan adanya pelanggaran gencatan senjata yang akan segera dilakukan oleh Hamas terhadap warga Gaza," kata pernyataan Kemenlu AS.
Sebelumnya pada Sabtu, otoritas Gaza menyatakan bahwa Israel telah 47 kali melanggar gencatan senjata, yang menewaskan 38 orang dan melukai 143 lainnya.
Deklarasi gencatan senjata di Gaza ditandatangani pada 13 Oktober oleh Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Hamas diharuskan untuk membebaskan 20 sandera yang masih hidup yang mereka tahan sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalan, Israel membebaskan 1.718 tahanan Palestina asal Gaza dan 250 tahanan Palestina lain yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Baca juga: Jerman Akan Kirim Personel Militer untuk Dukung Pemantauan Gencatan Senjata Gaza