Ilustrasi. Foto: Freepik.
Eko Nordiansyah • 16 September 2025 10:33
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) terus menunjukkan performa impresif dengan menorehkan rekor baru dan semakin mendekati area psikologis penting. Penguatan ini terjadi ketika pelaku pasar global tengah menantikan hasil pertemuan kebijakan moneter Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan pada 16–17 September.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) menjadi faktor pendorong utama yang membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS merosot pada awal pekan, sekaligus menekan dolar AS ke level terendah dalam sepekan. Kondisi ini menambah daya tarik emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian makroekonomi.
Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengungkapkan, pasar saat ini mematok peluang besar untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin, sementara sebagian pelaku pasar menilai kemungkinan pemangkasan yang lebih agresif hingga 50 basis poin tetap terbuka.
Inflasi yang masih tinggi memang menjadi tantangan, tetapi revisi data payrolls Amerika Serikat baru-baru ini yang mengungkap bahwa kenaikan pekerjaan antara April 2024 dan Maret 2025 terlalu tinggi hingga 911 ribu justru memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja sedang melemah.
Data ini, disertai perubahan nada Ketua The Fed, Jerome Powell, pada Simposium Jackson Hole akhir Agustus lalu, mendorong ekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga akan segera dilakukan. Powell diperkirakan akan memberikan arahan yang lebih jelas melalui proyeksi ekonomi terbaru dan “dot plot” yang menggambarkan jalur suku bunga Fed Fund ke depan.
Dari sisi teknikal, Andy menegaskan, tren bullish emas masih sangat kuat. Berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average, harga emas saat ini diperdagangkan di sekitar USD3.689 dan masih didominasi tekanan beli.
“Jika momentum bullish ini terus berlanjut, XAU/USD berpotensi menembus area kunci di USD3.700 dalam waktu dekat,” jelas Andy dalam risetnya, Selasa, 16 September 2025.
Baca juga:
Daftar Harga Emas UBS dan Galeri 24 di Pegadaian yang Turun Hari Ini |
Namun, ia juga mengingatkan bahwa jika terjadi koreksi, potensi penurunan terdekat berada di area support penting di sekitar USD3.637. Level ini menjadi titik krusial yang harus diperhatikan pelaku pasar, khususnya bagi trader jangka pendek yang mengantisipasi pergerakan volatil menjelang pengumuman kebijakan The Fed.
Selain pertemuan FOMC, pasar juga akan menyoroti rilis data Penjualan Ritel AS yang dijadwalkan pada Selasa dan proses voting Senat AS terhadap Dr. Stephen Miran, kandidat yang diusulkan mantan Presiden Donald Trump untuk kursi Federal Reserve. Jika disetujui, Miran dapat langsung berpartisipasi dalam pertemuan kebijakan minggu ini.
Sementara itu, Trump melalui jejaring sosial menekankan bahwa The Fed “harus memotong lebih besar dari yang dipikirkan Powell,” pernyataan yang menambah spekulasi pemangkasan lebih agresif. Di sisi lain, hasil survei University of Michigan (UoM) menunjukkan penurunan Indeks Sentimen Konsumen dari 58,2 menjadi 55,4, mencerminkan meningkatnya pesimisme publik terhadap prospek ekonomi AS.
Ekspektasi inflasi untuk satu tahun tetap di 4,8 persen, sementara untuk lima tahun naik dari 3,5 persen menjadi 3,9 persen. Data ini memperkuat pandangan bahwa meskipun inflasi tetap menjadi perhatian, kekhawatiran akan pelemahan ekonomi mendorong investor untuk terus melirik emas sebagai aset safe haven.
“Dengan dukungan fundamental yang kuat dan sinyal teknikal yang positif, emas diperkirakan tetap berada di jalur bullish. Fokus utama pelaku pasar kini tertuju pada hasil rapat FOMC dan arahan Powell, yang akan menjadi katalis penting apakah emas mampu menembus USD3.700 atau justru menguji support di USD3.637 sebelum melanjutkan tren penguatan,” ungkap Andy.