Apa Itu Paritas Daya Beli yang Buat Angka Kemiskinan Indonesia Melonjak

Ilustrasi. Foto: dok OSL.

Apa Itu Paritas Daya Beli yang Buat Angka Kemiskinan Indonesia Melonjak

Husen Miftahudin • 13 June 2025 10:57

Jakarta: Publik di Indonesia tengah dikejutkan oleh pernyataan Bank Dunia (World Bank) yang mengganti standar garis kemiskinan, dari purchasing power parity (PPP) atau paritas daya beli 2017 dengan PPP 2021. Sebab dengan itu, angka kemiskinan di Indonesia semakin melonjak.

Diketahui, purchasing power parity atau paritas daya beli adalah konsep untuk membandingkan kesejahteraan negara. Konsep ekonomi makro ini seringkali digunakan untuk membandingkan produktivitas serta standar hidup antar negara.

Konsep ini berhubungan erat dengan keseimbangan mata uang dan harga suatu barang yang identik dari dua negara berbeda. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait paritas daya beli, simak ulasan berikut yang menukil artikel OCBC.
 

Apa itu paritas daya beli?


Paritas daya beli adalah suatu teori ekonomi untuk menyetarakan harga sekumpulan barang yang identik di berbagai negara. Teori paritas daya beli adalah mengharuskan barang-barang tersebut memiliki harga yang setara pada negara satu dan lainnya.

Dasar yang mendasari konsep paritas harga adalah hukum satu harga. Di mana perbedaan harga di dua negara seharusnya ditentukan berdasarkan nilai tukar nominal keduanya.

Jadi, ketika Anda menyesuaikan nilai tukar kedua mata uang tersebut, maka harga di kedua negara akan setara. Namun, hukum satu harga tersebut diasumsikan tanpa adanya biaya transportasi, biaya transaksi, ataupun hambatan perdagangan.

Hal tersebut menyebabkan paritas daya beli adalah sebuah teori yang kurang realistis untuk diterapkan secara nyata. Sehingga, nilai tukar purchasing power parity dapat berbeda dengan harga yang ada di pasaran karena beberapa faktor di atas.
 

Cara kerja paritas daya beli


Teori paritas daya beli seringkali digunakan untuk menetapkan nilai tukar suatu negara baru dan memprediksi nilai tukar riil di masa mendatang.

Seorang ekonom menggunakan teori paritas daya beli untuk membandingkan keadaan ekonomi di berbagai negara. Hal ini memungkinkan untuk mereka mengetahui negara mana yang memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi paling baik di dunia.

Dengan menggunakan nilai tukar paritas daya beli pada selain Produk Domestik Bruto (PDB) bisa membantu menunjukkan gambaran yang lebih jelas terkait kesehatan ekonomi suatu negara.

Selain itu, nilai teoritis paritas daya beli adalah metode yang bisa digunakan oleh perdagangan mata uang asing dan investor saham atau obligasi asing. Hal ini disebabkan karena paritas daya beli bisa membantu mereka untuk memprediksi fluktuasi mata uang internasional dan risiko terburuknya.
 

Contoh paritas daya beli


Paritas daya beli adalah suatu teori ekonomi yang banyak digunakan dalam menentukan kesehatan ekonomi negara serta membantu investor untuk membuat keputusan investasi asing. Berikut ada beberapa contoh paritas daya beli yang dibuat berdasarkan dua jenis pendekatannya.

1. Contoh paritas daya beli absolut
Misalnya, harga sekelompok barang di Indonesia adalah Rp15.000 dan produk yang sama di Amerika Serikat berharga USD1. Hal ini menunjukkan nilai tukar yang terjadi adalah Rp15.000/USD1 = Rp15.000/USD1.

Sedangkan jika harga produk di Indonesia naik menjadi Rp30.000 sementara di Amerika Serikat tetap, maka nilai tukarnya menjadi: Rp30.000/USD1 = Rp30.000/USD.

Perubahan nilai tukar tersebut menyatakan bahwa nilai rupiah mengalami depresiasi atau penurunan.

2. Contoh paritas daya beli relatif
Dengan menggunakan rumus sistematisnya, maka apabila tingkat inflasi Indonesia meningkat 10 persen sedangkan Amerika Serikat naik 4 persen, maka nilai tukar Rupiah per Dollar akan terdepresiasi sebesar enam persen.

Jika pada paritas daya beli absolut menunjukkan bahwa nilai tukar adalah Rp14.000/USD, maka bisa saja sebenarnya ialah Rp13.000/USD jika memperhitungkan tingkat inflasi.

Selanjutnya, dengan terjadinya perubahan inflasi akan menyebabkan nilai tukar rupiah bisa terdepresiasi sebesar enam persen menjadi Rp14.840.
 
Baca juga: Garis Kemiskinan Dinilai Sudah Tidak Realistis, BPS Mesti Pakai Standar Bank Dunia!


(Komponen pada teori paritas daya beli. Foto: jagoekonomi.com)
 

Kelebihan teori paritas daya beli


Berikut ada beberapa kelebihan dari teori paritas daya beli:

1. Membuat data ekonomi lebih relevan
Kelebihan teori paritas ekonomi adalah dapat membuat perbandingan data-data ekonomi antar negara menjadi lebih relevan, misalnya pada PDB setiap periode atau per kapita. Sehingga, Anda bisa menggunakan data tersebut untuk mengetahui gambaran akurat tentang standar hidup suatu negara.

2. Mempermudah menentukan tren nilai tukar
Nilai tukar paritas daya beli adalah suatu tolok ukur untuk menentukan tren dalam jangka waktu panjang. Umumnya, nilai tukar pasar akan cenderung bergerak menuju nilai tukar paritas daya beli.

3. Nilai tukar paritas daya beli lebih relevan
Dalam hal ini, nilai tukar paritas daya beli lebih mudah dibandingkan terutama apabila suatu negara memanipulasi nilai tukarnya atau saat terjadi serangan spekulatif terjadi. Kemungkinan-kemungkinan tersebut akan membuat nilai tukar pasar menyimpang dari keseimbangan dalam jangka panjang.
 

Kelemahan teori paritas daya beli


Meskipun cukup menguntungkan untuk berbagai kepentingan negara, namun ada beberapa kelemahan di dalam teori paritas daya beli, di antaranya:

1. Tidak memperhatikan kualitas barang
Nilai tukar paritas daya beli tidak mempertimbangkan perbedaan kualitas suatu barang yang dianggap serupa di negara satu dan lainnya. Misalnya, suatu produk sabun cuci bisa saja memiliki tingkat kualitas yang berbeda di setiap negara. Hal ini membuat Anda akan kesulitan dalam menentukan barang atau jasa mana yang bisa dikatakan identik.

Masalah lainnya dari paritas daya beli adalah selera dan preferensi konsumen antara negara akan cenderung bervariasi. Bahkan, seringkali perusahaan menggunakan pendekatan diferensiasi daripada memenuhi standarisasi produk. Mereka menyesuaikan penawaran berdasarkan selera masyarakat di masing-masing negara. Sehingga, meskipun produknya sama, bisa saja kualitasnya akan berbeda.

2. Tidak realistis
Asumsi hukum satu harga merupakan teori yang kurang realistis karena tidak mempertimbangkan kendala dalam perdagangan internasional, seperti transportasi dan hambatan perdagangan lainnya. Padahal, kedua faktor tersebut sangat memengaruhi biaya pengiriman barang antar pasar yang ada di berbagai negara.

3. Tidak akurat
Jumlah barang yang didistribusikan dalam perekonomian sangat beragam. Selain itu, beberapa produk hanya tersedia di negara tertentu. Hal ini membuat nilai tukar paritas daya beli adalah suatu tolok ukur yang tidak akurat karena ketersediaan produk kurang merata.

Itulah penjelasan tentang pengertian paritas daya beli, cara kerja, contoh, serta kelebihan dan kelemahannya. Jadi, paritas daya beli merupakan teori yang bisa digunakan untuk memperkuat data kesejahteraan setiap negara, namun penerapannya kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini disebabkan karena perhitungannya tidak memperhatikan beberapa faktor penting dalam distribusi dan produksi barang, seperti kualitas, transportasi, serta kendala perdagangan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)