Bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, ambruk, Senin, 29 September 2025. (tangkapan layar)
Sidoarjo: Di balik tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, terselip kisah dramatis seorang santri yang selamat secara tak terduga. Dia adalah Muhammad Zahrawi, 17, santri asal Bangkalan, Madura, lolos dari maut karena meninggalkan saf salat Asar untuk ke toilet.
Santri kelas 10 itu mengisahkan, saat itu dirinya sudah bersiap mengikuti salat berjemaah di musala. Namun beberapa detik sebelum salat dimulai, ia keluar dari barisan jemaah karena ingin buang air kecil.
“Saya keluar saf untuk pipis. Saat saya sampai di kamar mandi pipis, tiba-tiba terdengar suara gemuruh keras dari arah musala," kata Zahrawi, dengan nada masih gemetar.
Ketika ia kembali, pemandangan yang disaksikan sungguh memilukan. Musala sudah rata dengan reruntuhan bangunan, jemaah salat tertimbun beton.
“Saya sempat melihat tiga orang santri MTs meninggal tertimbun reruntuhan,” kata Zahrawi.
Menurut Zahrawi, sebelum kejadian, seorang santri yang membantu pembangunan sempat mengingatkan bahwa bangunan di atas mulai bergerak tidak stabil. Namun informasi tersebut tak sempat sampai ke pengurus, lantaran sebagian besar tengah melaksanakan salat Asar.
Bangunan musala yang ambruk berada di lantai satu. Musibah ini dipicu ketidakmampuan struktur menahan beban bangunan baru yang tengah dibangun hingga lantai lima. Diduga, beban cor dan material terlalu berat sehingga lantai dasar tidak kuat menopang.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Suara reruntuhan yang sangat keras sempat membuat warga sekitar panik. Beberapa bahkan mengira telah terjadi gempa bumi.
Hingga malam hari, proses evakuasi masih berlangsung. Ratusan personel gabungan dari Basarnas, BPBD Jawa Timur, TNI, Polri, hingga relawan terus dikerahkan. Tim SAR menghadapi kendala besar karena tumpukan material beton menimpa titik utama reruntuhan.
Sejumlah korban berhasil dievakuasi, sementara puluhan lainnya masih dalam pencarian. Proses evakuasi diperkirakan membutuhkan waktu panjang, mengingat bangunan yang ambruk cukup besar, material berat, dan lokasi musala berada di bagian tengah kompleks pondok.
Tragedi ini meninggalkan duka mendalam, sekaligus menjadi pengingat betapa rapuhnya kehidupan. Zahrawi, yang selamat karena alasan sederhana, mengaku tak pernah menyangka hidupnya masih diselamatkan. “Saya masih diberi umur panjang, terimakasih Ya Allah,” kata santri itu dengan nada lirih.