Anak-anak di Palestina harus berupaya keras mendapatkan air bersih. Foto: Xinhua
Gaza: Sedikitnya sepuluh orang, termasuk enam anak, tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Al-Nuseirat, Gaza tengah, pada Minggu, 13 Juli 2025, saat para korban sedang mengantre untuk mengisi air dari truk tangki. Demikian disampaikan otoritas layanan darurat Palestina.
Kepala rumah sakit Al-Awda di Nuseirat melaporkan bahwa 16 orang lainnya mengalami luka, termasuk tujuh anak-anak. Saksi mata menyatakan sebuah drone menembakkan misil ke kerumunan warga sipil yang membawa jeriken kosong.
Militer Israel (IDF) menyatakan terjadi "kesalahan teknis" dalam serangan yang seharusnya menargetkan seorang anggota kelompok Jihad Islam. Munisi diklaim jatuh beberapa puluh meter dari sasaran yang dimaksud. Militer menyebut insiden tersebut sedang ditinjau lebih lanjut.
"IDF menyadari adanya korban di lokasi tersebut dan menyesali jatuhnya korban sipil yang tidak terlibat," demikian pernyataan resmi militer, seperti dikutip dari
BBC, Senin 14 Juli 2025.
Video yang telah diverifikasi menunjukkan kepanikan warga yang menolong korban luka, termasuk anak-anak, di antara jeriken kuning yang berserakan. Lokasi kejadian berada sekitar 80 meter dari Sekolah Menengah Pertama Nuseirat, dekat sebuah taman kanak-kanak.
Jumlah korban terus bertambah
Pihak Pertahanan Sipil Gaza menyebut total 19 warga Palestina lainnya tewas dalam tiga serangan udara terpisah di Gaza tengah dan Gaza City pada hari yang sama.
Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) melaporkan peningkatan tajam kasus luka akibat senjata di rumah sakit lapangan mereka di Rafah, Gaza selatan. Pada Sabtu, rumah sakit menerima 132 pasien dengan luka terkait senjata; 31 di antaranya meninggal dunia. Sebagian besar korban mengaku tengah menuju lokasi distribusi bantuan makanan saat terkena tembakan.
Sejak 27 Mei, lebih dari 3.400 pasien luka akibat senjata telah dirawat di fasilitas ICRC, dengan lebih dari 250 di antaranya meninggal. ICRC menyebut insiden tersebut mencerminkan "kondisi mengerikan yang dialami warga sipil Gaza".
PBB mencatat 789 kematian yang terkait dengan bantuan kemanusiaan hingga Jumat lalu. Sebanyak 615 di antaranya terjadi di sekitar lokasi distribusi bantuan GHF (Gaza Humanitarian Foundation) yang didukung AS dan Israel. Sisanya terjadi di dekat konvoi bantuan dari PBB dan lembaga lainnya.
GHF membantah data yang dirilis PBB, menuduh badan dunia itu menggunakan statistik "menyesatkan" dari Kementerian Kesehatan Hamas. Namun, organisasi tersebut tidak membantah adanya korban di dekat lokasi distribusi bantuan.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke Gaza. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas melaporkan setidaknya 57.882 orang tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 90% rumah di Gaza rusak atau hancur, sementara sistem kesehatan, air bersih, dan sanitasi mengalami kolaps. Ketersediaan bahan pangan, obat-obatan, dan bahan bakar sangat minim.
Meski Israel mengizinkan masuknya 75.000 liter bahan bakar pekan ini, pertama kalinya dalam 130 hari jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan minimum. Sembilan badan PBB memperingatkan bahwa stok bahan bakar telah mencapai tingkat kritis.
"Hampir semua rumah sakit tidak lagi bisa beroperasi normal. Unit ICU, neonatal, hingga ambulans kini lumpuh," ungkap pernyataan bersama lembaga-lembaga tersebut.
(Muhammad Reyhansyah)