Podium: Menyontek Vietnam

Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar. Foto: MI/Ebet.

Podium: Menyontek Vietnam

Abdul Kohar • 30 April 2025 06:40

VIDEO pendek di akun Instagram mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid terasa menggedor. Ia membandingkan Indonesia dengan Vietnam. Tentu saja, karena ia pernah mengetuai Kadin Indonesia, yang ia gedor tentu hal-ihwal industri dan perdagangan.

Arsjad memulai video 1 menit itu dengan mengibaratkan Indonesia dan Vietnam seperti anak sekolah. Vietnam itu murid biasa-biasa saja, tapi tiba-tiba jadi juara kelas. Sebaliknya, Indonesia yang dulu rapornya mentereng dan selalu ranking tiga besar di kelas kini malah banyak nilai merah. Tentu saja rapor yang dipertandingkan ialah sektor industri, wilayah manufaktur.

Ibarat perlombaan balap mobil, industri manufaktur itu mesinnya. Kini, Vietnam sudah menggunakan mesin turbo berteknologi tinggi yang siap melesat. Sementara itu, Indonesia masih memakai mesin biasa-biasa saja. Akibatnya, boro-boro juara, bisa sampai finis dengan selamat saja sudah alhamdulillah. Yang terjadi, mobil kerap menepi masuk pistop karena mesinnya ngadat.

Tidak mengherankan pula jika industri manufaktur Vietnam terus merangsek melampaui capaian Indonesia dalam nilai ekspor. Kontribusi ekspor Vietnam dari sektor manufaktur sudah mencapai US$356,7 miliar. Angka itu sepertiga lebih banyak jika dibandingkan dengan nilai ekspor Indonesia di sektor manufaktur yang US$247 miliar. Itulah mengapa, kata Arsjad Rasjid, kini Vietnam juara kelas, sedangkan Indonesia mandek, bahkan tinggal kelas.

Pertanyaannya, kenapa Vietnam bisa berlari kencang seeksponensial itu? Mengapa pula Indonesia yang dulu juara kini seperti terseok-seok? Mari kita coba menguraikannya ihwal apa kelebihan Vietnam jika dibandingkan dengan kita.
 

Baca juga: 

Bukan Indonesia, Lego Pilih Bangun Pabrik Canggih di Vietnam


Vietnam tak henti-hentinya berbenah. 'Negeri Sungai Mekong' hampir selalu mengirimkan alarm bahaya bagi Indonesia. Perusahaan asing kini lebih memilih membangun pabrik di Vietnam ketimbang di Indonesia. Para investor terpincut oleh biaya tenaga kerja yang lebih kompetitif, indeks kemudahan berbisnis yang lebih tinggi, infrastruktur yang lebih baik, dan efisiensi logistik yang lebih baik.

Selain itu, Vietnam memiliki akses geografis yang strategis ke pasar Asia. Juga, kebijakan perdagangan mereka lebih terbuka daripada Indonesia. Birokrasi Vietnam sangat jelas dan tegas dengan tidak menoleransi apa pun yang berbau pungutan liar. Alih-alih disodori pungutan ini dan itu, investor asing malah diberi karpet merah, biru, kuning, hijau, beludru, dan semua jenis 'karpet' yang memanjakan.

Sebaliknya di sini, sudah menjadi rahasia umum praktik pungli masih marak. Kalangan pengusaha dibuat resah atas maraknya pungli, khususnya yang dilakukan kalangan preman berbaju ormas di berbagai proyek di Indonesia. Bahkan, pemerasan bertajuk tunjangan hari raya (THR) yang diajukan beberapa ormas ke perusahaan memicu kekhawatiran para investor asing sehingga mereka enggan berinvestasi lagi di Tanah Air.

Bahkan, terdapat kabar yang masih hangat, PT Yihong Novatex Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 1.126 buruh mereka.

Perusahaan yang bergerak di industri tekstil dan alas kaki itu membeberkan alasan mem-PHK sebanyak 1.126 buruh lantaran pemberi pekerjaan menarik dan menghentikan pesanan (order) akibat keterlambatan pengiriman akibat mogok kerja tidak sah yang dilakukan pekerja pada 30 Januari sampai dengan 1 Februari. Pemogokan itu berdampak pada perusahaan diberi peringatan lampu kuning oleh pemberi pekerjaan. Hal itu menjadi kabar buruk bagi calon investor asing yang hendak berinvestasi di Tanah Air.
 
Baca juga: 

Pertumbuhan Ekonomi Vietnam Melambat di Kuartal Pertama Jelang Tarif Trump


Padahal, pada saat bersamaan, Lego Group secara resmi membuka pabrik canggih di Provinsi Binh Duong, Vietnam Selatan, pada 9 April. Lego Manufacturing Vietnam merupakan pabrik keenam perusahaan di seluruh dunia dan kedua di Asia. Pabrik canggih tersebut bernilai US$1miliar, atau sekitar Rp16,8 triliun. Dengan menempati lahan seluas 44 hektare, itu merupakan pabrik Lego Group yang paling ramah lingkungan.

Wakil Perdana Menteri Mai Van Chinh mengatakan pembukaan pabrik tersebut merupakan hasil kerja sama antara Vietnam dan Denmark. Menurutnya, kerja sama kedua negara itu menunjukkan semangat membangun masa depan bersama. Pemerintah Vietnam bertekad untuk mengembangkan ekonomi secara paralel dengan melindungi lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Vietnam memprioritaskan untuk menarik teknologi canggih berkualitas tinggi, proyek ramah lingkungan, dan Lego ialah model ideal untuk orientasi pembangunan dengan pendekatan seperti itu.

Meningkatnya investasi di Vietnam berdampak pada kenaikan produk domestik bruto (PDB) di negara tersebut. Investasi pabrik Lego dapat membuka banyak lapangan pekerjaan di Vietnam sehingga memberikan efek peningkatan konsumsi rumah tangga hingga pajak bagi negara itu. Karena itu, PDB per kapita Vietnam pun sudah nyaris membalap angka PDB per kapita Indonesia.

Perekonomian Indonesia pada 2024, diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku, mencapai Rp22.139,0 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp78,6 juta, atau US$4.960,3. Sebaliknya pada tahun yang sama, PDB per kapita Vietnam atas dasar harga berlaku diperkirakan sebesar 114 juta VND/orang, setara dengan US$4.700, meningkat US$377 jika dibandingkan dengan pada 2023. Hanya selisih US$260 per kapita.

Jadi, mesin turbo Vietnam dirawat dan ditingkatkan secara konsisten. Pada saat bersamaan, 'mesin kuno' kita seolah dibiarkan rusak. Beberapa investor pun enggan membangun pabrik di Indonesia karena berbagai hal itu. Misalnya, rendahnya indeks investasi, kualitas SDM, regulasi yang rumit, biaya produksi yang tinggi, dan infrastruktur yang belum merata. Selain itu, ketidakpastian kebijakan dan risiko politik menjadi perhatian investor, yang masih tetap menjadi pekerjaan rumah nan tak kunjung diselesaikan.

Video Arsjad Rasjid itu memang pendek, tapi ia berimplikasi panjang kalau diabaikan. Kita memang tidak bisa seratus persen membandingkan antara Vietnam dan Indonesia. Namun, kesamaan dalam prinsip-prinsip dasar soal menjaring investasi asing sebagian besar sama. Jika begitu, mestinya bisa, dong, kita menyontek Vietnam. Apa salahnya?

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggi Tondi)