Perang Lawan Hamas, Israel Sampai Jual Valas USD30 Miliar

Ilustrasi mata uang Israel. Foto: dok Al Jazeera.

Perang Lawan Hamas, Israel Sampai Jual Valas USD30 Miliar

Ade Hapsari Lestarini • 12 October 2023 11:57

Qatar: Bank Sentral Israel (Bank of Israel) akan menjual valas senilai USD30 miliar setelah mata uang shekel turun. Pengumuman bank sentral ini muncul setelah shekel mendekati level terendah dalam delapan tahun.

Melansir Al Jazeera, Kamis, 12 Oktober 2023, Bank of Israel akan menjual hingga USD30 miliar mata uang asing di pasar terbuka untuk menjaga stabilitas shekel selama perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza.

Kondisi ini merupakan penjualan valuta asing pertama kalinya yang dilakukan bank sentral. Pengumuman ini dengan cepat mengembalikan ketenangan di pasar karena shekel pulih dari penurunan tajam pada awal perdagangan Senin waktu setempat.

"Bank akan beroperasi di pasar pada periode mendatang untuk mengurangi volatilitas nilai tukar shekel dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar tetap berfungsi dengan baik," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.

Pihaknya akan menyediakan likuiditas di pasar hingga USD15 miliar melalui mekanisme SWAP, sebuah kontrak derivatif saat satu pihak menukar arus kas atau nilai satu aset dengan aset lainnya.

"Bank Israel akan terus memantau perkembangan, melacak semua pasar, dan bertindak dengan alat yang tersedia jika diperlukan," kata dia.

Menjelang pengumuman tersebut, shekel telah melemah lebih dari dua persen ke level terendah dalam delapan tahun di 3,92 per dolar. Shekel juga pulih menjadi 3,86 per dolar, turun 0,6 persen.


Baca juga: Putin Cibir Israel yang Rebut Wilayah Palestina dengan Aksi Militer
 

Harga saham dan obligasi Israel


Mata uang shekel telah turun 10 persen terhadap dolar sejauh ini pada 2023, sebagian besar disebabkan oleh upaya pemerintah Israel untuk merombak sistem peradilan.

Harga saham dan obligasi Israel pada Minggu turun tujuh persen. Sementara banyak bisnis tutup setelah orang-orang bersenjata Hamas pada hari sebelumnya melancarkan serangan multifront terhadap Israel, menewaskan sedikitnya 800 warga Israel dan menculik puluhan lainnya dalam serangan paling mematikan ke wilayah Israel dalam beberapa dekade.

Israel telah mengumpulkan cadangan devisa lebih dari USD200 miliar, sebagian besar berasal dari pembelian valas sejak 2008 untuk menjaga syikal agar tidak terlalu menguat dan merugikan eksportir. Terakhir kali bank melakukan intervensi adalah pada Januari 2022.

Bulan lalu, Gubernur Bank of Israel Amir Yaron mengatakan kepada kantor berita Reuters, meskipun pelemahan syikal membantu mendorong inflasi, tidak perlu melakukan intervensi karena tidak ada kegagalan pasar.

Pertempuran di Israel dan Gaza berlanjut dan pihak berwenang melaporkan kematian sedikitnya 560 warga Palestina.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)