Mengorbankan Rakyat, Program Makan Siang dan Susu Gratis Bikin Beban Fiskal Tambah Berat

Ilustrasi. Foto: MI

Mengorbankan Rakyat, Program Makan Siang dan Susu Gratis Bikin Beban Fiskal Tambah Berat

Media Indonesia • 22 February 2024 16:06

Jakarta: Program makan siang dan susu gratis yang diusung calon presiden (capres) Prabowo Subianto dinilai akan semakin membuat beban fiskal bertambah berat.

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda memperkirakan program tersebut membutuhkan anggaran sebesar Rp400 triliun dari pengalihan dana pos Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sebanyak 82,9 juta warga ditargetkan menerima manfaat makan siang dan susu gratis. Penerima tersebut dari kalangan ibu hamil, santri dan murid.

"Mereka butuh anggaran yang mungkin mencapai ratusan triliun rupiah, mulai tahun pertama hingga tahun kelima. Saya rasa keuangan kita enggak akan kuat menopang beban fiskalnya," kata Huda dilansir Media Indonesia, Kamis, 22 Februari 2024.
 

Baca juga: 

Anggaran Makan Siang Gratis Rp460 Triliun, Dari Mana?

Program yang mengorbankan rakyat

Ia menegaskan program makan dan susu gratis akan sulit terealisasi dengan baik karena mengorbankan banyak kepentingan uang rakyat. Untuk memenuhi janji kampanye itu, Prabowo berencana memangkas anggaran subsidi energi bahan bakar minyak (BBM), elpiji, dan listrik. Jika ada pengalihan subsidi, masyarakat akan membayar BBM lebih mahal.

"Harus diingat, menaikkan harga BBM dengan mencabut subsidi akan meningkatkan inflasi, beban hidup masyarakat, termasuk masyarakat miskin akan meningkat," terang Nailul.

Alih-alih menciptakan kesejahteraan rakyat, program makan dan susu gratis capres Prabowo diperkirakan akan membuat angka kemiskinan meningkat.

Jika angka kemiskinan terus melonjak, hal ini dianggap tidak sebanding dengan efek makan siang yang nyatanya juga bisa salah sasaran.

Dia pun meramalkan program tersebut akan gagal dieksekusi secara optimal.

"Saya prediksi, makan siang gratis untuk 100 persen ibu hamil, siswa, dan santri Indonesia tidak akan berhasil hingga 2029. Paling mentok menyasar 51 persen di 2029," tegas Nailul.

(Insi Nantika Jelita)
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)