Target Emisi Nol Persen Semakin Menjauhi Target Awal

Ilustrasi ekonomi hijau. Foto: Bappenas.

Target Emisi Nol Persen Semakin Menjauhi Target Awal

Arif Wicaksono • 17 March 2024 19:33

New York: Sebuah studi yang dilakukan oleh konsultan manajemen Bain & Co membeberkan emisi nol persen semakin menjauhi target awal pada 2050. Saat ini, hanya sedikit pelaku eksekutif yang berada di garis depan yang memandang hal ini sebagai hal yang realistis karena 62 persen percaya dunia hanya akan mencapai net zero pada 2060.

Setahun yang lalu, hanya 54 persen dari para eksekutif energi dan sumber daya alam percaya bahwa net zero akan tertunda hingga 2060 atau lebih, dengan 26 persen percaya bahwa tujuan tersebut dapat dicapai pada 2060. Kemudian 28 persen berpendapat hal tersebut adalah sebuah solusi untuk 2070.
 

baca juga:

Indonesia Menargetkan Bebas Sampah dan Emisi pada 2050


Sisanya sebesar 46 persen masih optimis mengenai masa depan dimana net zero akan tercapai pada tahun 2050 atau lebih awal. Namun, hasil survei terbaru Bain, yang mensurvei lebih dari 600 eksekutif di sektor minyak dan gas, utilitas, bahan kimia, pertambangan dan agribisnis selama Konferensi Perubahan Iklim PBB2023 di Dubai dan beberapa minggu setelahnya, menunjukkan hanya 38 persen memperkirakan dunia akan mencapai emisi karbon nol bersih pada 2050.

Selain itu, 31 persen responden memperkirakan angka nol bersih (net zero) akan terjadi pada 2060, sementara 31 persen lainnya percaya bahwa angka tersebut akan menjadi kenyataan pada tahun 2070 atau setelahnya.

"Di balik perubahan sentimen ini adalah meningkatnya kesadaran bahwa semakin sulit untuk memastikan hasil investasi yang memadai," kata Laporan Bain dikutip dari Business Times, Minggu, 17 Maret 2024.

Pergeseran ini tidak disebabkan oleh berkurangnya ambisi perusahaan-perusahaan energi dan sumber daya alam tersebut untuk menjalankan bisnis mereka yang berorientasi pada pertumbuhan dan transisi.

Temuan-temuan tersebut mengungkapkan bahwa kesediaan pelanggan untuk membayar kini dipandang sebagai isu yang semakin meningkat, begitu pula kemampuan untuk menghasilkan laba atas investasi (ROI) yang memadai dalam proyek-proyek berorientasi transisi energi.

"Akibatnya, perusahaan-perusahaan fokus pada proyek-proyek dengan jalur ROI yang layak. Jelas, semakin lama para eksekutif yang berada di garis depan transisi energi menghadapi tantangan dalam mewujudkan rencana dekarbonisasi, mereka semakin sadar akan realitas praktis transisi tersebut,” tambah Bain.

 Yang juga berkontribusi terhadap perubahan ekspektasi ini adalah kesadaran bahwa kemajuan transisi energi berbeda-beda antar wilayah karena perpecahan dunia secara ekonomi dan geopolitik

Hambatan ekonomi makro, terutama suku bunga yang tinggi,  telah mempersulit pengumpulan modal yang cukup untuk meningkatkan proyek-proyek transisi dan menarik cukup banyak pelanggan untuk memberikan keuntungan.

prospek transisi energi semakin menarik

Namun, laporan tersebut mencatat bahwa semakin banyak eksekutif di Timur Tengah dan Asia-Pasifik yang merasa lebih optimis terhadap prospek pertumbuhan bisnis mereka yang berorientasi transisi.

Survei tersebut menemukan bahwa hanya 4 persen eksekutif di Timur Tengah yang kurang optimis mengenai bagaimana wilayah pertumbuhan baru yang berorientasi transisi energi dapat berkontribusi terhadap laba dan penilaian perusahaan mereka pada tahun 2030. 61 persen menyatakan lebih optimis. Di Asia-Pasifik, 55 persen lebih optimis mengenai hal ini, sementara 12 persen kurang optimis.

Gambaran di negara lain lebih beragam, dengan 17 persen warga Amerika Utara menjadi kurang optimistis. Sementara 29 persen menjadi lebih optimis, dan 27 persen di Eropa menjadi kurang optimistis, sementara 30 persen menjadi lebih optimistis.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)