Inggris Siap Kirim Pasukan ke Ukraina untuk Hadapi Putin

PM Inggris Keir Starmer siap mengirim pasukan lapangan ke Ukraina. (Anadolu Agency)

Inggris Siap Kirim Pasukan ke Ukraina untuk Hadapi Putin

Willy Haryono • 17 February 2025 14:28

London: Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer menegaskan kesiapan negaranya untuk mengirim pasukan ke Ukraina guna mendorong tercapainya perjanjian damai dengan Rusia, jika hal tersebut memang diperlukan. Ia mengakui bahwa langkah ini dapat menempatkan pasukan Inggris dalam bahaya jika Presiden Rusia Vladimir Putin kembali melakukan serangan.

Melansir dari The Independent, Senin, 17 Februari 2025, Starmer menekankan bahwa keamanan Ukraina berkaitan erat dengan keamanan Inggris.

“Kami siap memainkan peran utama, yang berarti siap dan bersedia berkontribusi dalam jaminan keamanan Ukraina dengan menempatkan pasukan kami di lapangan jika memang diperlukan,” ujar Starmer.

Pernyataan ini muncul menjelang pertemuan darurat para pemimpin Eropa di Paris, di tengah upaya merespons langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berupaya mencapai kesepakatan dengan Putin tanpa melibatkan Ukraina dan negara-negara Eropa.

Diplomasi Ukraina yang Bergerak Cepat

Seorang pejabat kepresidenan Prancis menyatakan bahwa dinamika diplomasi yang semakin cepat menuntut Eropa mengambil langkah lebih tegas dan terkoordinasi dalam menjamin keamanan kolektif.

“Dengan meningkatnya kecepatan perkembangan isu Ukraina serta pernyataan dari para pemimpin Amerika, diperlukan langkah yang lebih kuat, lebih baik, dan lebih terarah dari Eropa untuk menjamin keamanan bersama,” ujar pejabat tersebut kepada wartawan.

Sebelumnya, Trump mengejutkan sekutu NATO dan Ukraina dengan mengungkapkan bahwa ia telah mengadakan percakapan langsung dengan Putin tanpa konsultasi dengan mereka. Bahkan, utusan Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, menegaskan bahwa Eropa tidak akan memiliki peran dalam perundingan perdamaian, meski Washington telah mengirimkan kuesioner kepada ibu kota Eropa untuk mengetahui kontribusi mereka dalam jaminan keamanan bagi Kyiv.

Baca juga:  Rubio Tegaskan Ukraina dan Eropa Akan Dilibatkan dalam Negosiasi ‘Sesungguhnya’

Zelensky Peringatkan Risiko Invasi Rusia ke Eropa

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa jika AS meninggalkan NATO, maka risiko Rusia menguasai Eropa menjadi “100 persen.” Ia juga mengungkapkan adanya laporan intelijen yang menunjukkan pergerakan 150.000 tentara Rusia di Belarusia.

Dalam wawancaranya dengan NBC News, Zelensky menegaskan bahwa ia tidak akan menerima kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan tanpa kehadiran Ukraina dalam perundingan.

“Kami yakin bahwa Putin akan terus berperang melawan NATO. Bisa jadi target berikutnya adalah Polandia atau Lithuania,” tegas Zelensky.

Rusia Klaim Hancurkan 90 Drone Ukraina

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa sistem pertahanan udara mereka berhasil mencegat dan menghancurkan 90 drone Ukraina dalam satu malam. Sebanyak 38 drone dilaporkan jatuh di Laut Azov, 24 di wilayah Krasnodar, dan sisanya di berbagai daerah lain, termasuk Semenanjung Krimea.

Selain itu, Rusia juga mengklaim telah menembak jatuh satu rudal berpemandu di atas Laut Azov.

Ukraina Rebut Kembali Wilayah Garis Depan

Militer Ukraina mengumumkan bahwa mereka telah merebut kembali desa Pischane di barat daya Pokrovsk. Keberhasilan ini terjadi di tengah tanda-tanda perlambatan serangan Rusia.

Juru bicara pasukan darat Ukraina di timur, Mayor Viktor Trehubov, mengungkapkan bahwa sekitar 7.000 tentara Rusia tewas dalam pertempuran di Pokrovsk selama Januari, sementara 15.000 lainnya terluka atau hilang.

Trump Klaim Putin Inginkan Kesepakatan Damai

Dalam wawancara terbaru, Trump menyatakan keyakinannya bahwa Putin ingin mengakhiri perang, meskipun ia juga menyoroti kekuatan militer Rusia yang berhasil mengalahkan Hitler dan Napoleon dalam sejarah.

“Saya pikir dia ingin menghentikan pertempuran,” kata Trump. “Mereka memiliki mesin perang yang kuat.”

Sementara itu, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, Heather Conley, memperingatkan bahwa pendekatan Trump terhadap Rusia dapat mengarah pada pembentukan kembali sistem kekuasaan dunia berdasarkan prinsip bahwa negara-negara besar menentukan nasib negara lain demi kepentingan ekonomi dan keamanan mereka sendiri.

Kekhawatiran Eropa Terkait Perundingan Langsung AS-Rusia

Pendekatan Trump dalam mencari solusi perang Ukraina-Rusia menimbulkan kekhawatiran di Eropa, terutama karena negara-negara Eropa tampaknya tidak banyak dilibatkan dalam negosiasi langsung antara Washington dan Moskow.

Menurut seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, negosiasi ini masih berada pada tahap awal, sehingga komposisi pihak yang akan terlibat dalam perundingan bisa berubah. Namun, sejauh ini belum jelas sejauh mana Ukraina dan Eropa akan berpartisipasi dalam pembicaraan di Riyadh dalam beberapa hari mendatang.

Zelensky menegaskan bahwa ia tidak akan menerima kesepakatan yang dibuat antara AS dan Rusia tanpa melibatkan Ukraina.

“Saya tidak akan pernah menerima keputusan yang diambil AS dan Rusia tentang Ukraina tanpa melibatkan kami,” tegas Zelensky dalam sebuah wawancara di Konferensi Keamanan Munich.

Mantan PM Inggris Peringatkan Bahaya Dunia Tanpa Dukungan AS

Mantan Perdana Menteri Inggris, Sir John Major, memperingatkan bahwa jika AS tidak lagi mendukung sekutu-sekutunya, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih berbahaya.

Menurut Major, demokrasi saat ini tengah menghadapi ancaman besar, dan keputusan Trump untuk mempercepat kesepakatan damai yang memberi keuntungan bagi Putin dapat memberanikan pemimpin otoriter lainnya.

“Dunia sedang mengalami perubahan besar, dan ada kemungkinan bahwa perubahan ini tidak akan menguntungkan Barat,” kata Major. (Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)