Meski Tergelincir, Taji Dolar AS Masih Tajam

New York: Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai USD terhadap sekeranjang enam mata uang, gagal mengamankan kenaikan hari keenam berturut-turut dalam perdagangan yang bergejolak pada Jumat (15/11).
 
Dikutip dari FX Street, Sabtu, 16 November 2024, indeks dolar diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam satu tahun terhadap sekeranjang mata uang di 107,07, setelah naik hampir 1,65 persen minggu ini, yang merupakan performa terbaiknya sejak September. Indeks terakhir turun 0,19 persen di 106,68.
 
Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell telah menimbulkan ketidakpastian di pasar dengan menyatakan keraguan tentang pemotongan suku bunga pada Desember.
 
Indeks Dolar AS sedikit menurun setelah mencapai titik tertingginya tahun ini. Namun, DXY tetap dalam tren naik, didukung oleh retorika Fed yang hati-hati dan data ekonomi yang kuat, yang memberi Greenback keunggulan dibandingkan mata uang lainnya.
 

Baca juga: Rupiah di Akhir Pekan Menguat Tipis

(Ilustrasi dolar AS. Foto: Istimewa)
 

Pasar cerna pernyataan Powell

 
Ketua Fed Powell meremehkan perlunya pelonggaran agresif, dengan alasan kekuatan ekonomi. Pejabat Fed, termasuk Kugler, menegaskan kembali perlunya kehati-hatian dalam penurunan suku bunga.
 
Peluang pasar untuk pemangkasan suku bunga pada Desember telah menurun menjadi 60 persen di pasar dana federal berjangka dan 45 persen di pasar swap. Pasar swap mengantisipasi suku bunga terminal di atas suku bunga jangka panjang Fed sebesar 2,875 persen.
 
Sementara itu, Penjualan Ritel AS meningkat sebesar 0,4 persen pada periode Oktober, melampaui ekspektasi dan melampaui pertumbuhan pada September.
 
Kelompok Pengendali Penjualan Ritel mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen, sementara penjualan otomotif tumbuh 0,1 persen (mom), di bawah konsensus.