Arie Sujito Sebut Konflik di Tubuh PBNU Karena Motif Ekonomi Politik

Diskusi buku Direktori Ulama Aswaja D.I Yogyakarta. Foto: Dok/Istimewa

Arie Sujito Sebut Konflik di Tubuh PBNU Karena Motif Ekonomi Politik

Misbahol Munir • 16 December 2025 14:32

Yogyakarta: Gaduh di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akhir-akhir ini sesungguhnya lebih karena motif ekonomi politik, bukan soal teologi dan pemikiran. 

Demikian diungkapklan Arie Sujito, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM dalam acara diskusi buku berjudul Direktori Ulama Aswaja D.I Yogyakarta di Gedung Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Selasa, 16 Desember 2025. 

"Buku ini bisa menjadi alarm dan instruksi terhadap kondisi NU sekarang, dengan meneladani perjuangan para ulama yang telah ditulis di dalamnya," kata Arie Sujito dalam diskusi yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PWNU DIY.

Selain Arie Sujito, hadir pula pembicara lain, yaitu Ketua PWNU DIY Ahmad Zuhdi Muhdlor, pen gurus RMI PWNU DIY sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Maya Fitria, dan pengurus Lakpesdam PWNU DIY sekaligus Wakil Dekan Fisipol UGM Fina Itriyati.
 


Zuhdi mengapresiasi terbitnya buku Direktori Ulama Aswaja D.I Yogyakarta di tengah minimnya buku tentang biografi ulama di kota gudeg. 

Bagi Zuhdi, kehadiran buku itu, penting karena dua hal. Pertama, mentradisikan budaya lisan ke tulisan. Kedua, dokumentasi tokoh sentral yang menjadi mata rantai keilmuan para kiai di Jogja.

Mengomentari kondisi PBNU mutakhir, Zuhdi berharap adanya islah (rekonsiliasi) antarkubu, meski konflik di atas tidak berdampak pada masyarakat NU di bawah.

"NU akan tetap hidup, meski PBNU tidak ada. Masyarakat akan tetap menjalankan amalan-amalan NU, kalau pun tidak ada lembaga yang menaunginnya," ujar KH. Zuhdi disambut tawa dan tepuk tangan peserta.


Diskusi buku Direktori Ulama Aswaja D.I Yogyakarta. Foto: Dok/Istimewa

Sementara itu, Maya menyinggung peran Kiai Ali Maksum yang menjadi tokoh sentral dalam pergerakan NU di Yogyakarta. Termasuk kemandirian Kiai Ali Maksum dalam berpikir.

"Buku Direktori Ulama Aswaja D.I Yogyakarta terlihat terang tradisi sanad keilmuan yang beragam dari para kiai-kiai," ungkap Maya.
 
Maya juga menambahkan apresiasinya terhadap tokoh perempuan yang luar biasa, sangat tulus mengabdi dan berjuang. Dan buku Direktori Ulama Aswaja D.I Yogyakarta berhasil mendokumentasikannya.

Penerbitan buku Direktori Ulama Aswaja D.I Yogyakarta berkat kerja sama banyak pihak, terutama dari para penulis.

Khotimatul Husna dalam sambutannya mewakili Lakpesdam PWNU DIY, menjelaskan latarbelakang penulisan buku, yang ternyata dari pelatihan menulis.  

"Penulisan buku ini berawal dari pelatihan menulis kreatif yang diselenggarakan Lakpesdam DIY. Lalu terseleksi ada 30 peserta. Dan yang punya komitmen untuk terlibat dalam penulisan buku ini hanya 20 orang. Setelah selesai ditulis, kami kemudian meminta KH. M. Imam Aziz untuk mentashihnya. Dan ahamdulillah akhirnya terbit," kata Khotim. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Misbahol Munir)