PWNU Lampung Tegaskan Rais Aam Otoritas Tertinggi Nahdlatul Ulama

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (dok. nu online)

PWNU Lampung Tegaskan Rais Aam Otoritas Tertinggi Nahdlatul Ulama

Al Abrar • 14 December 2025 18:27

Lampung: Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Shadiqul Amin menegaskan Rais Aam merupakan pemimpin tertinggi dalam struktur jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki kewenangan moral, keulamaan, serta kebijakan strategis dalam menjaga arah perjuangan organisasi.

Menurut Shadiqul Amin, NU dibangun di atas tradisi keilmuan, adab, dan kepemimpinan yang berakar kuat pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. Prinsip tersebut menjadi fondasi penting dalam menjaga persatuan serta kesinambungan khittah NU di seluruh tingkatan kepengurusan.

Ia menekankan bahwa kepatuhan kepada Rais Aam tidak sebatas kepatuhan administratif atau formalitas struktural, melainkan bagian dari fondasi utama kesinambungan perjuangan NU.

“Ketaatan ini merupakan wujud adab jam’iyah yang telah diwariskan para masyayikh NU sejak awal berdirinya organisasi,” ujar Shadiqul Amin dalam keterangan tertulis, Minggu, 14 Desember 2025.
 


Dalam tradisi NU, lanjut dia, hubungan antara Rais Aam dan seluruh jajaran syuriyah di daerah dibangun atas dasar ta’zim kepada ulama, penghormatan terhadap sanad keilmuan, serta komitmen menjaga kemaslahatan umat.

“Rais Aam adalah simbol pemersatu warga NU di tengah beragam pandangan dan dinamika yang muncul dalam organisasi,” katanya.

Karena itu, Shadiqul Amin mengingatkan agar setiap perbedaan pendapat di internal NU disikapi secara dewasa melalui mekanisme musyawarah dan tetap berada dalam koridor kepemimpinan yang sah.

“Sikap ini menjadi kunci agar NU tetap kokoh sebagai jam’iyah diniyah ijtima’iyah yang berkhidmat untuk agama, bangsa, dan negara,” ujarnya.

Ia menambahkan, kepatuhan kepada Rais Aam juga merupakan tanggung jawab moral seluruh pengurus NU di semua tingkatan. Menurutnya, menjaga kepatuhan tersebut berarti menjaga kesinambungan perjuangan NU sebagaimana diwariskan para pendiri.

“Kepatuhan ini tidak menutup ruang kritik dan dialog, namun harus dilandasi niat menjaga persatuan, bukan mempertajam perbedaan,” kata dia.

Meski dinamika organisasi merupakan keniscayaan, Shadiqul Amin menegaskan persatuan dan marwah jam’iyah harus selalu ditempatkan di atas kepentingan kelompok maupun pribadi.

Ia pun mengajak seluruh warga NU, khususnya di Lampung, untuk memperkuat kembali nilai-nilai dasar NU, yakni tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan i’tidal (tegak lurus).

“Nilai-nilai ini hanya dapat dijaga dengan sikap patuh pada kepemimpinan tertinggi organisasi dan kesediaan menahan diri dari sikap yang berpotensi memecah belah ukhuwah nahdliyah,” ujarnya.

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH Imam Jazuli, sebelumnya menyampaikan bahwa sejak awal NU dirancang sebagai jam’iyah ulama yang menjunjung tinggi kepemimpinan keilmuan, bukan sekadar struktur administratif.

“NU bukan organisasi manajerial seperti korporasi. NU adalah jam’iyah ulama yang kepemimpinannya berada di Syuriyah dan Rais Aam. Di situlah marwah dan otoritas tertinggi organisasi,” kata Imam Jazuli.

Ia menilai solusi atas berbagai dinamika internal PBNU adalah dengan kembali tegak lurus bersama Syuriyah dan Rais Aam. Menurutnya, mayoritas warga Nahdliyin memiliki kesadaran bahwa keputusan Syuriyah merupakan keputusan tertinggi dalam hierarki organisasi.

“Menegakkan supremasi Syuriyah berarti menegakkan khittah NU. Mengabaikan keputusan Syuriyah sama artinya dengan mengabaikan ushul organisasi,” pungkasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Al Abrar)