Wamen Dikti Stella Christie bersama Dubes Prancis untuk Indonesia Fabien Penone di Jakarta, Selasa, 16 Desember 2025. (Metrotvnews.com)
Muhammad Reyhansyah • 16 December 2025 16:50
Jakarta: Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Dikti Saintek) Stella Christie menegaskan bahwa kolaborasi inovasi antara Indonesia dan Prancis perlu dibangun di atas kesamaan nilai, khususnya dalam penghargaan terhadap seni, estetika, dan kearifan lokal.
Hal tersebut disampaikan Wamen Stella dalam konferensi pers peluncuran Tahun Inovasi Prancis–Indonesia 2026 di Jakarta, Selasa, 16 Desember 2025.
Menurutnya, riset menunjukkan bahwa inovasi yang berkelanjutan justru berangkat dari titik-titik kesamaan antarmitra. “Dari penelitian, kita tahu bahwa inovasi harus dimulai dari kesamaan. Jika tidak ada kesamaan, sangat sulit untuk benar-benar bertukar ide,” ujar Wamen Stella.
Ia mengungkapkan, pengalamannya bekerja dengan para peneliti Prancis termasuk dari Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS) membuatnya menyadari adanya dua kesamaan mendasar antara masyarakat Indonesia dan Prancis. Kesamaan pertama adalah tradisi panjang dalam seni dan estetika.
Wamen Stella menilai, kepekaan terhadap keindahan bukan sesuatu yang otomatis hadir di semua negara, terlepas dari tingkat pembangunan atau ekonomi. Namun di Indonesia dan Prancis, nilai estetika tetap hidup hingga ke wilayah terpencil.
“Di desa-desa terpencil di Indonesia maupun di Prancis, kita masih bisa menemukan keindahan. Ini bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh,” katanya.
Kesamaan kedua, lanjut Wamen Stella, adalah kuatnya tradisi artisan dan penghargaan terhadap produk lokal. Ia mencontohkan konsep “oleh-oleh” di Indonesia yang bukan sekadar hadiah, melainkan representasi identitas daerah dan lokalitas.
“Oleh-oleh itu bukan hanya barang. Ia terikat dengan tempat, dengan daerah asalnya. Ini mencerminkan betapa pentingnya nilai lokal dan regional bagi kita,” ujarnya.
Menurut Wamen Stella, prinsip yang sama juga terlihat di Prancis, di mana kebanggaan terhadap produk lokal dan kerajinan daerah menjadi bagian penting dari identitas nasional. Kedua negara, katanya, sama-sama tidak sepenuhnya tunduk pada logika produksi massal yang seragam.
Meski demikian, Wamen Stella menekankan bahwa kesamaan saja tidak cukup untuk melahirkan visi inovasi. Justru perbedaan iklim, budaya, dan konteks sosial antara Indonesia dan Prancis menjadi ruang subur bagi lahirnya gagasan baru.
“Kalau semuanya sama, kita tidak akan menghasilkan hal baru,” jelasnya.
Ia menilai kombinasi antara kesamaan nilai dan perbedaan konteks inilah yang dapat menjadi titik tumpu kolaborasi riset, sains, dan inovasi antara Indonesia dan Prancis ke depan, sejalan dengan agenda Tahun Inovasi Prancis–Indonesia 2026.
“Hal-hal inilah yang kami jadikan sebagai titik pijak utama untuk mendorong pertukaran gagasan yang beragam dan saling melengkapi,” pungkas Wamen Stella.
Baca juga: Prancis Perkuat Kemitraan Strategis dengan Indonesia Lewat Tahun Inovasi 2026