Pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat yang terus meluas. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 22 December 2025 09:54
Tel Aviv: Menteri Keuangan Israel berhaluan sayap kanan, Betzalel Smotrich, pada Minggu kemarin mengatakan bahwa kabinet Israel secara resmi menyetujui proposal pembangunan 19 permukiman baru Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat. Ia menyebut langkah tersebut sebagai bagian dari percepatan pembangunan besar-besaran di wilayah tersebut.
Menurut Smotrich, persetujuan terbaru itu meningkatkan jumlah total permukiman baru yang disetujui dalam beberapa tahun terakhir menjadi 69 lokasi, yang ia klaim sebagai rekor.
Dikutip dari PBS News, Senin, 22 Desember 2025, data kelompok pemantau permukiman Peace Now menunjukkan jumlah pemukiman di Tepi Barat melonjak dari 141 lokasi pada 2022 menjadi 210 lokasi saat ini, atau naik hampir 50 persen selama masa pemerintahan sayap kanan yang berkuasa.
Keputusan tersebut mencakup legalisasi retroaktif atas sejumlah pos pemukiman yang sebelumnya dianggap ilegal, serta pembangunan kembali di area yang sempat dikosongkan pada 2005, termasuk wilayah Kadim dan Ganim. Berdasarkan hukum internasional, seluruh permukiman Israel di wilayah pendudukan dinilai ilegal—pandangan yang secara konsisten disampaikan oleh komunitas internasional.
Langkah kabinet ini diambil di tengah upaya Amerika Serikat mendorong Israel dan Hamas untuk melanjutkan fase kedua gencatan senjata Gaza. Washington memperingatkan bahwa perluasan pemukiman berisiko menghalangi terbentuknya negara Palestina di masa depan, yang merupakan elemen kunci dalam kerangka perdamaian.
Eskalasi pembangunan juga dibarengi meningkatnya kekerasan. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat rata-rata delapan serangan per hari oleh pemukim terhadap warga Palestina selama musim panen zaitun pada Oktober. Insiden tersebut mencakup pembakaran kendaraan, perusakan masjid, serta penghancuran lahan pertanian.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah melaporkan dua warga Palestina, termasuk seorang remaja 16 tahun, tewas dalam bentrokan dengan militer Israel pada Sabtu malam. Militer Israel menyatakan telah menembak mati seorang militan di Qabatiya dan satu orang lainnya di Silat al-Harithiya karena diduga menyerang pasukan.
Namun, rekaman kamera keamanan di Qabatiya menunjukkan Rayan Abu Muallah (16) ditembak ketika mendekati pasukan tanpa membawa senjata. Militer Israel menyatakan insiden tersebut sedang dalam tahap peninjauan.
Di tengah konflik yang berlanjut, Pierbattista Pizzaballa mengunjungi satu-satunya gereja Katolik di Gaza untuk merayakan Misa pra-Natal pada Minggu. Kunjungan keempatnya sejak perang dimulai bertujuan memberikan dukungan moral kepada komunitas Kristen.
Misa berlangsung di Holy Family Parish, yang selama ini berfungsi sebagai tempat pengungsian bagi ratusan warga Kristen dan Muslim. Pizzaballa mengatakan kehadirannya dimaksudkan untuk menjadi “titik acuan yang stabil di tengah lautan kehancuran.” (Kelvin Yurcel)
Baca juga: Abaikan Tekanan PBB, AS Tolak Kecam Kekerasan Pemukim Israel di Tepi Barat